Rabu, 28 Agustus 2013
L.P.D.S
Setiap kali bulan ramadhan datang merupakan momentum tersendiri untuk para siswa dan siswi Madrasah Wathoniyah Islamiyah Karangduwur untuk melaksanakan LPDS. Untuk tahun ini LPDS diikuti oleh para siswa kelas XI dan XII. Adapun target sekolah dan lembaga Keagamaan yang dijadikan objek adalah Sekolah-sekolah Dasar disekitar MWI baik dalam satu kecamatan ataupun beda Kecamatan. Diantaranya adalah :
1. SDN 1 Karangduwur
2. SDN 3 Karangduwur
3. SDN 4 Karangduwur
4. SDN 1 Kewangunan
5. SDN 2 Kewangunan
6. SDN 1 Munggu
7. SDN 3 Karangreja
8. SDN 1 Sidoharjo
9. SDN 2 Sidoharjo
10. SDN 1 Waluh
11. SDN 1 Petanahan
12. SDN 3 Petanahan
13. Lembaga TPA Al-ikhsan Kewangunan
14. Lembaga TPA Musholla Abdurrouf
15. dll
Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 20 Juli hingga 3 Agustus. Para peserta LPDS baik pengajar ataupun muridnya sangat antusias.
Selengkapnya
Selasa, 18 Juni 2013
Seminar Kewirausahaan MWI
Pada beberapa bulan lalu, MWI mengadakan "Seminar Kewirausahaan" dengan pembicara dari alumni yang sukses dalam berwirausaha di bidangnya. Diantara pembicaranya adalah Akhmad Rois, owner El-As wonosobo beserta istrinya dan juga Firman Handoko, owner Satu Hati Bengkel-Petanahan.
Acara ini di terbilang lancar dengan peserta perwakilan dari kelas X, XI, dan XII aliyah. Antusias terpancar dari wajah para peserta seminar dan mereka sangat terinspirasi. Usut diusut, sekarang beberapa anak yang kemaren mengikuti seminar ini menjadikan Wirausahawan dari cita-cita mereka.
Semoga hal ini bisa dijadikan indikator output yang positif buat terlaksananya seminar ini. Semoga kedepannya akan ada acara-acara yang bisa diadakan oleh MWI untuk meningkatkan softskill para peserta didiknya.
Selengkapnya
Label:
Kegiatan MWI
Penerimaan Siswa Baru 2013/2014
Madrasah Wathoniyah Islamiyah, membuka siswa baru tahun ajaran 2013/2014.
Kami lulus 100% untuk tingkat Tsanawiyah dan Aliyah.
Selengkapnya
Label:
Siswa Baru
Desain Stiker MWI (BARU)
ini loh desain stiker MWI yang baru, ada yang tertarik?? sekalian buat promosiin almamater..
Selengkapnya
Minggu, 09 Oktober 2011
Agama Cinta
Setiap kali ada peristiwa ledakan bom bunuh diri, hanya satu kata yang bisa mewakili perasaan saya: malu. Betapa tidak, kita umumnya (mayoritas), meyakini bahwa Islam adalah agama damai, anti-kekerasan. Kata Islam itu sendiri bermakna aman, selamat, damai. Kata Muslim itu subyek (Arab: fa’il), yakni orang yang menebar rasa aman. Keyakinan itu tidak hanya terhunjam di sanubari, tetapi juga kita artikulasikan melalui kata-kata dan tindakan. Di banyak kesempatan kita mempromosikan Islam sebagai agama kedamaian, agama toleransi. Tidak sebatas kata, dalam segala tingkah laku, kita pun berusaha sedemikian hingga ikut berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Sayangnya, karakteristik Islam sebagai agama kedamaian, yang itu menjadi keyakinan mayoritas Muslim, acap kali dibajak oleh sekelompok kecil Muslim (minoritas) melalui aksi-aksi radikal yang mengatasnamakan Islam, dengan dalih jihad fi sabilillah (perang suci). Akibatnya, citra Islam menjadi buruk. Ironisnya, yang terkena dampak negatifnya adalah Islam secara umum dan kaum Muslim secara mayoritas. Akibat adanya aksi-aksi itu, seakan-akan Islam itu identik dengan kekerasan, dan Muslim itu identik dengan kaum fundamentalis.
Banyak analisis berseliweran terkait peristiwa bom bunuh diri di sebuah gereja di Solo di Minggu pagi (25/9) kemarin. Ada yang menggunakan teori konspirasi, bahwa itu sesungguhnya kerja intelijen asing yang coba merusak citra Islam. Ada lagi, bahwa itu kerja intelijen domestik atas pesanan elite politik dalam negeri untuk mengalihkan isu pemberantasan korupsi. Tetapi, ada pula yang berkomentar sebaliknya, bahwa sel-sel terorisme memang belum pupus di negeri ini (khususnya di Jawa), dan dalam hal ini intelijen kita sudah kecolongan. Sementara itu, tidak sedikit pula intelektual Muslim yang merefleksi-diri, melakukan otokritik, bahwa memang ada “masalah” dengan teks-teks keagamaan kita di satu sisi, serta cara kita (Muslim) memahami teks-teks tersebut di sisi yang lain.
Bias sosio-kultural
Secara pribadi, saya cocok dengan analisis yang terakhir. Bahwa baik Islam sebagai agama, maupun kaum Muslim sebagai entitas umat, keduanya sama-sama memberi kemungkinan untuk dikaitkan dengan, atau digiring pada, aksi radikalisme agama. Yang pertama, Islam, dari sisi doktrin, yang kedua, kaum Muslim, dari sisi kencenderungan keberagaman (baca: cara memahami teks agama). Karakter inilah yang menjadikan keduanya (Islam dan kaum Muslim) mudah dimanfaatkan.
Tetapi, tentu tidak lantas bahwa seluruh doktrin Islam bercorak radikal. Seperti agama-agama besar galibnya, Islam adalah pembawa pesan kedamaian. Islam adalah agama rahmat (QS al-Anbiya’: 107). Namun, harus dipahami pula, bahwa al-Qur’an, sumber utama ajaran Islam itu, tidak turun dalam ruang yang hampa sejarah. Ada konteks sosial-kultural yang melingkupinya. Satu misal saja, bahwa suasana bangsa Arab kala itu adalah masyarakat tradisional dan tribal, di mana budaya primitif seperti perang, perbudakan, dst sangat kental. Sehingga, sangat wajar jika ada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang mengekspresikan semangat tribalistik ini. Misalnya, ada ayat dalam al-Qur’an yang memerintahkan jihad secara fisik, perang (Arab: qital). Memang, mungkin saja perintah itu didasari motif keagamaan (dakwah). Tetapi, kemungkinan besar pula jika dilandasi motif demi meneguhkan identitas kelompok di antara pelbagai faksi tribal keagamaan kala itu (misal: suku bani Nazir, bani Quraizah, kaum Yahudi, kaum Narsani, dst). Sehingga, polarisasi istilah mukmin-musyrik, mukmin-kafir, muslim-munafik, dsb, bisa jadi lebih merupakan kategorisasi yang bersifat politik daripada semata-mata keagamaan. Ini berarti harus diakui banyak ayat al-Qur’an yang biased, yang itu disebabkan konstruksi sosial-budaya yang sangat kental di masyarakat pada saat ia diturunkan.
Pertanyaannya, apakah ayat-ayat tentang jihad, perang, dsb yang nota bene biased itu musti dibaca dan dipahami apa adanya (tekstualistik), ataukah kita jumput pesan kemanusiaan di baliknya dengan melihat konteks sosial turunnya (hermeneutik)? Apakah ayat-ayat itu sudah kedaluwarsa, atau berlaku universal tanpa mempertimbangkan kondisi-kondisi kemanusiaan yang dinamis?
Paradigma Ortodoksi
Atas pertanyaan di atas, kaum ortodoks menggeneralisir bahwa kebenaran Tuhan terwujud dalam setiap butir huruf dari teks al-Qur’an dan hadis. Para sarjana Muslim ortodoks, misalnya, dari dulu hingga sekarang sangat kukuh menganut prinsip, “Idza shahhal-hadits fahuwa madzhabi” (terj: Jika sebuah nash/hadis terbukti kesahihannya, maka itulah mazhab/aliran-ku). Lalu, kebenaran itu diyakini bersifat mutlak, dan karenanya melintasi segala waktu dan tempat. Ketika berhadapan dengan realitas sosial, maka nash-lah yang diunggulkan. Realitas sosial musti tunduk di bawah otoritas nash. Argumennya jelas, yang pertama berasal dari Tuhan (melalui wahyu dan nabi yang maksum/suci), sedangkan yang kedua merupakan buah pergulatan sosial manusia yang nisbi sepeninggal Nabi.
Paradigma ortodoksi inilah yang dipilih oleh kalangan Muslim radikal (militan) dalam memahami nash-nash agama. Konstruks nilai tertentu yang diproduksi pada zaman Nabi dan terdokumentasikan dalam teks-teks suci agama (baca: teks-teks tentang jihad dan perang), tanpa mempedulikan biased atau tidak, dianggap sebagai formulasi universal dan ideal, yang harus dirujuk dalam kondisi apa pun, termasuk di dalamnya bagaimana cara pandang kita kepada penganut agama lain. Sampai di sini, lalu tumbuhlah sikap eksklusivisme agama itu, yang memandang penganut keyakinan lain kafir dan musuh, sehingga layak diperangi dan halal darahnya. Na’udzubillah.
Soal Pendekatan
Memang, pada akhirnya kembali pada soal pilihan kita ihwal pendekatan dalam memahami atau menafsirkan teks agama. Pendekatan itulah yang akan menentukan cara pandang kita terhadap suatu fenomena keagamaan. Pendekatan yang dipilih oleh kaum fundamentalis adalah orotodoksi (tekstualisme) an-sich, tanpa pemahaman yang kritis tentang konteks historis saat teks itu muncul, sehingga melahirkan cara pandang yang eksklusif kepada non-Muslim; bahwa siapa pun yang tidak menganut agama Islam adalah “the other” yang, dalam skala tertentu, merupakan musuh yang layak diperangi dan halal darahnya.
Berseberangan dengan kaum fundamentalis adalah kaum sufi (mistikus Islam). Mereka terkenal dengan pendekatannya yang tidak kaku (formalistik) dalam memahami teks-teks agama. Sebaliknya, mereka justru coba menelusuri dimensi batin (esensial) dari setiap fenomena teks (nash). Terkait dengan hubungan antar agama, pendekatan kaum sufi adalah perenialisme, yakni suatu wawasan yang lebih menekankan pada dimensi essoterik (batin) agama, bukan dimensi eksoterik (lahiriah)-nya. Menurut Frithjof Schuon (M Isa Nuruddin), semua manusia secara naluriah (fitrah) ingin mendekat ke Tuhan (baca: beragama), inilah dimensi essoterik. Hanya saja, cara atau jalannya berbeda-beda. Cara atau jalan inilah yang kemudian disebut agama, hal mana di dalamnya tercakup ritual, moral, dst, yang bersifat khas, dan ini semua dimensi eksoteriknya. Orang yang terpaku pada eksoterisme, cenderung eksklusif, memandang orang lain agama sebagai “yang lain”, bahkan mungkin musuh. Sebaliknya, yang konsern pada essoterisme, cenderung inklusif, bisa menyelami dan memahami keyakinan lain yang berbeda, sehingga tumbuhlah sikap-sikap toleransi. Sebab, seperti kata Jalaluddin Rumi, manusia tidak memilih agamanya, tetapi Tuhan-lah yang memilihkan agama untuknya. Ini berarti bahwa keberagamaan seseorang itu bersifat sakral, sehingga sangat tidak etis alias amoral ketika kita mencela, merendahkan, mendiskreditkan seseorang hanya karena faktor agama yang dianutnya.
Dalam selaksa syairnya, Syekh Abdul Karim al-Jili (murid Ibn Arabi) menulis: Waqad kuntu qablal yaumi un-kiru shahibi//Idza lam yakun dini ila dinihi dani//waqad shara qalbi qabilan kulla shuratin// famar'a li ghazlanin wa dairun liruhbani//wa baitun li autsanin wa ka'batu tha-ifin//wa alwahu tauratin wa mush-hafu Qur'ani//adinu bi dinil hubbi anna tawajjahat//raka-ibuhu fal hubbu dini wa imani , artinya kurang lebih: Sungguh sebelum hari ini aku tak mau bersahabat dengan teman yang tidak seagama denganku. Namun sekarang, hatiku menerima segala perbedaan. Hatiku ibarat padang rumput bagi setiap rusa. Hatiku tak ubahnya rumah bagi pendeta, kuil bagi berhala, Kakbah bagi yang tawaf; hatiku laksana lembaran taurat dan mushaf Qur’an. Aku memeluk agama cinta, kemana pun ia melaju. Sekali lagi, cinta agamaku dan imanku.
Syair-syair di atas tentu tidak hendak menunjukkan paham sinkretisme agama si penulis, sebab kita tahu bahwa ia seorang Muslim, pengikut Syaikhul Akbar Ibnu Arabi. Tetapi, itu merupakan ekspresi batin seorang Muslim yang telah sampai di dasar hati-sanubari dalam menyelami spiritualitas penganut agama lain. Ia bukan sekadar mengakui keimanan dan eksistensi kaum non-Muslim, tetapi lebih dari itu memahami sedalam-dalamnya konsep dan sistem dari keyakinan yang mereka, sehingga ia tidak lagi terpaku pada formalisme keagamaan masing-masing, tetapi esensi sepiritualiasnya. Manakala ini yang jadi patokannya, maka tidak ada alasan untuk menjaga jarak dengan orang lain hanya karena ia lain agama. Sebaliknya, yang ada adalah rasa cinta dan kasih sayang (mahabbah) antar sesama yang didasari oleh rasa saling memahami keyakinan satu sama lain.Wallahu a’lam. (*)
==Sabrur Rohim, Eksponen MWI th 1994== Selengkapnya
Banyak analisis berseliweran terkait peristiwa bom bunuh diri di sebuah gereja di Solo di Minggu pagi (25/9) kemarin. Ada yang menggunakan teori konspirasi, bahwa itu sesungguhnya kerja intelijen asing yang coba merusak citra Islam. Ada lagi, bahwa itu kerja intelijen domestik atas pesanan elite politik dalam negeri untuk mengalihkan isu pemberantasan korupsi. Tetapi, ada pula yang berkomentar sebaliknya, bahwa sel-sel terorisme memang belum pupus di negeri ini (khususnya di Jawa), dan dalam hal ini intelijen kita sudah kecolongan. Sementara itu, tidak sedikit pula intelektual Muslim yang merefleksi-diri, melakukan otokritik, bahwa memang ada “masalah” dengan teks-teks keagamaan kita di satu sisi, serta cara kita (Muslim) memahami teks-teks tersebut di sisi yang lain.
Bias sosio-kultural
Secara pribadi, saya cocok dengan analisis yang terakhir. Bahwa baik Islam sebagai agama, maupun kaum Muslim sebagai entitas umat, keduanya sama-sama memberi kemungkinan untuk dikaitkan dengan, atau digiring pada, aksi radikalisme agama. Yang pertama, Islam, dari sisi doktrin, yang kedua, kaum Muslim, dari sisi kencenderungan keberagaman (baca: cara memahami teks agama). Karakter inilah yang menjadikan keduanya (Islam dan kaum Muslim) mudah dimanfaatkan.
Tetapi, tentu tidak lantas bahwa seluruh doktrin Islam bercorak radikal. Seperti agama-agama besar galibnya, Islam adalah pembawa pesan kedamaian. Islam adalah agama rahmat (QS al-Anbiya’: 107). Namun, harus dipahami pula, bahwa al-Qur’an, sumber utama ajaran Islam itu, tidak turun dalam ruang yang hampa sejarah. Ada konteks sosial-kultural yang melingkupinya. Satu misal saja, bahwa suasana bangsa Arab kala itu adalah masyarakat tradisional dan tribal, di mana budaya primitif seperti perang, perbudakan, dst sangat kental. Sehingga, sangat wajar jika ada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang mengekspresikan semangat tribalistik ini. Misalnya, ada ayat dalam al-Qur’an yang memerintahkan jihad secara fisik, perang (Arab: qital). Memang, mungkin saja perintah itu didasari motif keagamaan (dakwah). Tetapi, kemungkinan besar pula jika dilandasi motif demi meneguhkan identitas kelompok di antara pelbagai faksi tribal keagamaan kala itu (misal: suku bani Nazir, bani Quraizah, kaum Yahudi, kaum Narsani, dst). Sehingga, polarisasi istilah mukmin-musyrik, mukmin-kafir, muslim-munafik, dsb, bisa jadi lebih merupakan kategorisasi yang bersifat politik daripada semata-mata keagamaan. Ini berarti harus diakui banyak ayat al-Qur’an yang biased, yang itu disebabkan konstruksi sosial-budaya yang sangat kental di masyarakat pada saat ia diturunkan.
Pertanyaannya, apakah ayat-ayat tentang jihad, perang, dsb yang nota bene biased itu musti dibaca dan dipahami apa adanya (tekstualistik), ataukah kita jumput pesan kemanusiaan di baliknya dengan melihat konteks sosial turunnya (hermeneutik)? Apakah ayat-ayat itu sudah kedaluwarsa, atau berlaku universal tanpa mempertimbangkan kondisi-kondisi kemanusiaan yang dinamis?
Paradigma Ortodoksi
Atas pertanyaan di atas, kaum ortodoks menggeneralisir bahwa kebenaran Tuhan terwujud dalam setiap butir huruf dari teks al-Qur’an dan hadis. Para sarjana Muslim ortodoks, misalnya, dari dulu hingga sekarang sangat kukuh menganut prinsip, “Idza shahhal-hadits fahuwa madzhabi” (terj: Jika sebuah nash/hadis terbukti kesahihannya, maka itulah mazhab/aliran-ku). Lalu, kebenaran itu diyakini bersifat mutlak, dan karenanya melintasi segala waktu dan tempat. Ketika berhadapan dengan realitas sosial, maka nash-lah yang diunggulkan. Realitas sosial musti tunduk di bawah otoritas nash. Argumennya jelas, yang pertama berasal dari Tuhan (melalui wahyu dan nabi yang maksum/suci), sedangkan yang kedua merupakan buah pergulatan sosial manusia yang nisbi sepeninggal Nabi.
Paradigma ortodoksi inilah yang dipilih oleh kalangan Muslim radikal (militan) dalam memahami nash-nash agama. Konstruks nilai tertentu yang diproduksi pada zaman Nabi dan terdokumentasikan dalam teks-teks suci agama (baca: teks-teks tentang jihad dan perang), tanpa mempedulikan biased atau tidak, dianggap sebagai formulasi universal dan ideal, yang harus dirujuk dalam kondisi apa pun, termasuk di dalamnya bagaimana cara pandang kita kepada penganut agama lain. Sampai di sini, lalu tumbuhlah sikap eksklusivisme agama itu, yang memandang penganut keyakinan lain kafir dan musuh, sehingga layak diperangi dan halal darahnya. Na’udzubillah.
Soal Pendekatan
Memang, pada akhirnya kembali pada soal pilihan kita ihwal pendekatan dalam memahami atau menafsirkan teks agama. Pendekatan itulah yang akan menentukan cara pandang kita terhadap suatu fenomena keagamaan. Pendekatan yang dipilih oleh kaum fundamentalis adalah orotodoksi (tekstualisme) an-sich, tanpa pemahaman yang kritis tentang konteks historis saat teks itu muncul, sehingga melahirkan cara pandang yang eksklusif kepada non-Muslim; bahwa siapa pun yang tidak menganut agama Islam adalah “the other” yang, dalam skala tertentu, merupakan musuh yang layak diperangi dan halal darahnya.
Berseberangan dengan kaum fundamentalis adalah kaum sufi (mistikus Islam). Mereka terkenal dengan pendekatannya yang tidak kaku (formalistik) dalam memahami teks-teks agama. Sebaliknya, mereka justru coba menelusuri dimensi batin (esensial) dari setiap fenomena teks (nash). Terkait dengan hubungan antar agama, pendekatan kaum sufi adalah perenialisme, yakni suatu wawasan yang lebih menekankan pada dimensi essoterik (batin) agama, bukan dimensi eksoterik (lahiriah)-nya. Menurut Frithjof Schuon (M Isa Nuruddin), semua manusia secara naluriah (fitrah) ingin mendekat ke Tuhan (baca: beragama), inilah dimensi essoterik. Hanya saja, cara atau jalannya berbeda-beda. Cara atau jalan inilah yang kemudian disebut agama, hal mana di dalamnya tercakup ritual, moral, dst, yang bersifat khas, dan ini semua dimensi eksoteriknya. Orang yang terpaku pada eksoterisme, cenderung eksklusif, memandang orang lain agama sebagai “yang lain”, bahkan mungkin musuh. Sebaliknya, yang konsern pada essoterisme, cenderung inklusif, bisa menyelami dan memahami keyakinan lain yang berbeda, sehingga tumbuhlah sikap-sikap toleransi. Sebab, seperti kata Jalaluddin Rumi, manusia tidak memilih agamanya, tetapi Tuhan-lah yang memilihkan agama untuknya. Ini berarti bahwa keberagamaan seseorang itu bersifat sakral, sehingga sangat tidak etis alias amoral ketika kita mencela, merendahkan, mendiskreditkan seseorang hanya karena faktor agama yang dianutnya.
Dalam selaksa syairnya, Syekh Abdul Karim al-Jili (murid Ibn Arabi) menulis: Waqad kuntu qablal yaumi un-kiru shahibi//Idza lam yakun dini ila dinihi dani//waqad shara qalbi qabilan kulla shuratin// famar'a li ghazlanin wa dairun liruhbani//wa baitun li autsanin wa ka'batu tha-ifin//wa alwahu tauratin wa mush-hafu Qur'ani//adinu bi dinil hubbi anna tawajjahat//raka-ibuhu fal hubbu dini wa imani , artinya kurang lebih: Sungguh sebelum hari ini aku tak mau bersahabat dengan teman yang tidak seagama denganku. Namun sekarang, hatiku menerima segala perbedaan. Hatiku ibarat padang rumput bagi setiap rusa. Hatiku tak ubahnya rumah bagi pendeta, kuil bagi berhala, Kakbah bagi yang tawaf; hatiku laksana lembaran taurat dan mushaf Qur’an. Aku memeluk agama cinta, kemana pun ia melaju. Sekali lagi, cinta agamaku dan imanku.
Syair-syair di atas tentu tidak hendak menunjukkan paham sinkretisme agama si penulis, sebab kita tahu bahwa ia seorang Muslim, pengikut Syaikhul Akbar Ibnu Arabi. Tetapi, itu merupakan ekspresi batin seorang Muslim yang telah sampai di dasar hati-sanubari dalam menyelami spiritualitas penganut agama lain. Ia bukan sekadar mengakui keimanan dan eksistensi kaum non-Muslim, tetapi lebih dari itu memahami sedalam-dalamnya konsep dan sistem dari keyakinan yang mereka, sehingga ia tidak lagi terpaku pada formalisme keagamaan masing-masing, tetapi esensi sepiritualiasnya. Manakala ini yang jadi patokannya, maka tidak ada alasan untuk menjaga jarak dengan orang lain hanya karena ia lain agama. Sebaliknya, yang ada adalah rasa cinta dan kasih sayang (mahabbah) antar sesama yang didasari oleh rasa saling memahami keyakinan satu sama lain.Wallahu a’lam. (*)
==Sabrur Rohim, Eksponen MWI th 1994== Selengkapnya
Label:
artikel diskursif
Minggu, 24 Juli 2011
bHs pezbuk bahasa facebook GAWUZ AbiLLLL EH gaul abizzzz
Bahasa Menentukan Prilaku Manusia
Mendengar istilah meneketehe, lebay, atau boil merupakan istilah-istilah tersebut merupakan beberapa contoh bahasa gaul remaja Indonesia saat ini. Istilah-istilah yang dibuat remaja itu merupakan bahasa komunitas mereka yang digunakan sebagai simbol keakraban dalam interaksi verbal yang bersifat informal.
Guru Besar Bahasa Indonesia FIB UGM, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A., mengatakan sebagian besar bahasa gaul remaja terbentuk dari kata bahasa Indonesia informal. Di antara kata-kata itu, memang ada kata-kata yang benar-benar merupakan kata percakapan bahasa Indonesia dan ada pula kata bahasa baku yang mengalami berbagai perubahan bentuk ucapan dan ejaan serta maknanya. Sementara itu, daftar istilah yang digunakan untuk memperkaya bahasa gaul remaja diambil dari berbagai bahasa. “Permasalahan ini cukup rumit karena ada banyak yang berinteraksi dengan bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa itu memperkaya khasanah bahasa gaul remaja di Indonesia,” kata Putu Wijana dalam Pidato Dies Natalis ke-64 FIB UGM.
Dalam pidato yang berjudul Bahasa Gaul Remaja Indonesia dan Berbagai Persoalannya, Putu Wijana mengatakan sumber kosa kata bahasa gaul berasal dari bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, bahasa latin, Arab, Cina, dan Sansekerta.
Kendati demikian, kata Putu Wijana, dialek Jakarta adalah dialek bahasa Indonesia yang pengaruhnya paling dominan dan memberikan sumbangan paling signifikan bagi perkembangan bahasa gaul remaja. ''Saat ini, beratus-ratus kata dari bahasa Indonesia dialek Jakarta menghiasi bahasa gaul remaja Indonesia,'' tambahnya.
Putu Wijana juga berpendapat di dalam bahasa gaul sebenarnya tercermin segala tingkah laku dan pola pikir pemakainya. Menurutnya, kajian bahasa gaul yang digunakan para remaja akan mampu mengungkapkan berbagai hal yang melatarbelakangi kehidupan para remaja. Dengan demikian, hal itu dapat digunakan sebagai referensi untuk memahami perilaku mereka serta berupaya ikut menyelesaikan persoalan hidup yang dialami.
“Bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Sebaliknya, hampir semua kecenderungan para remaja itu tidak pula dapat dilepaskan dari aktivitas pemakaian bahasa,” jelasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
sumber dari :http://www.ugm.ac.id/new/?q=id/news/bahasa-gaul-cermin-perilaku-remaja
NAH dibawah ini ada bbrap istilah yg kerap muncul di zmz atau FB. mgkin perlu untuk kamu ketahui:
hbd : happy birth day.
WUATB : Wish u alL the besT
* Kongkow : Nongkrong (dipakai untuk melakukan aktifitas kumpul-kumpul bareng temen-temen)
* Ngastik : Nggak asyik (dipake buat mengungkapkan sesuatu yang tidak enak dirasa, didengar, dan diliat)
* Lonte : Pelacur
* Poskul : Pulang sekolah (kadang juga berlaku buat menyatakan pulang kantor)
* Gw, w, oGut, Gout, wa : Saya, aku
* Loe, lo, lu, lw, u : kamu
* SMS : suka sama suka
* sodokur : sodara
* Titi kamal : hati2 kalau malam
* balon : bakal calon
* bekibolang : belok kiri boleh
* brondong : lebih muda
* brownis : brondong manies
* cemat : cewe matre
* cemen : gak ada nyali
* CDMA : cape deh males ah
* cileduk : cinta lewat dukun
* Dedi dores : dengan dirinya doa restu
* ember : iya EMANG. (benar/setuju)
* gahom : gagah homo
* Gorda : gorila darat (khusus buat orang yang mukanya jelek banget!!)
* Back ground : Back = belakang Ground = Genderuwo (coba Loe artiin sendiri)
* Lekong : Banci kaleng
* Mawar : mau
* Sangs : kepengen
* Suamsuam kuku : Suamiku
* Ngemeng : Ngomong/bicara
* Titi Dj : aTi aTi Di Jalan
* ToMingSe : Tolong Mingkem Sedikit
* HandyCam : Makan pake tangan
* Gancet : Ngesex
* JabLuk : Jablay Buluk
* Sokam : Rokok 234
* Jokul : Jual
* Dokat : duit
* Gara : Kaga/ngga/tidak
* Dae : Ada
* Mokad : ma*pus/mod4r/mati
* Kobam : Mabok
* Ngelonjor : ngelamun jorok
* Sekwilda : sekitar wilayah dada
* Boker : Buang air besar
* Bobi : botak biadab (hayo siapa tuh? )
* japak : jablay pakuan...
* pasutri : pasukan suami takut istri
* cimut : ciuman maut
* kamsut(kemek) : makan
* sunge : sunda ngehek
* hasem : belom ngerokok
* skull : sekolah
* kull : kuliah
* ngondoy : turun
* Meneketehe : Mana Aku tau
* Kemsi : Kemek siang (makan siang)
* Parno : Paranoid
* Sherina : Serius na
* Marsyanda : Masa oloh serius na
* Tp : tebar pesona
* Gaptek : gagap teknologi
* Neting : Negatif Thinking
* Doror : Double eror
* Tajir : Orkay (orang kaya)
* jadul : jaman dulu
* Ciamik : bagus
* Cingcay lah : lumayan lah
* Jarpul : jarang pulang
* SMP : sehabis makan pulang
* Capcus : cabut (pulang/pergi)
* Macacci : masa sih
* Makaci : terimakasih
* Bapuk : jelek/buluk
* Caur : ancur
* Gazebo : Gak zelas bo
* Nembak : menyatakan cinta
* Jadian : pacaran
* pet cang tai : capek
* Tase : bermesraan
* Tababmerematahua : (udah yang palng jelek!)
* AA Gym GTL : agak agak gimana gitu loh!
* OMG : oh my god!
* Siting sob (giting, alias sinting sob!)
* Bokis : bohong
* Jorki : Joker (jorok)
* Pewe : Posisi (Wu)enak
* Songong : belagu
* Pecun : perek culun
wp? : wani piro ?
kamsude: maksude?
Kamsud lo?:
orRa pacullll: ora patut (luar biasa)
NGIdER jal: nGILOO dELENG rAINE jal (NGACA COBA, LIAT MUKANYA)
mantannnp:mana tahannn)
M.S : Mbelek Singa (Lebih zerem dari "Tai Kucing")
T.P : Tebar Pezona
sudoku: sukurin deh kamu
sebel:seal bener (sial bener)
GateWay: Ga' lucu tau!
ssg:suka suka guweh
ra kuku: ora kuwat
Gondes: gondrong ndeso
Golkar: Guoblok Kwadrat
kismis:miskin
DDR: daya dong rendah
Pao: mondol
BTW: by the way: omong-omong ....
GaDoy: ga doyan
pulkam: pulang kampung
tm jaka: tambah manis aja kamu
jaka sembung naek ojek: ga nyambung jack!
jaka sembung bawa golok: ga nyambung goblok
jaka sembung bawa grobak: ga nyambung pak!
jaka sembung pake kebaya: mau kondangan kemane?
mc ceee: massa sieeh
ceue: cewe
couo: cowo
kendo lah: goblok lah
kendo lah kowe: kamu g pake otak
Tp"
Selengkapnya
Mendengar istilah meneketehe, lebay, atau boil merupakan istilah-istilah tersebut merupakan beberapa contoh bahasa gaul remaja Indonesia saat ini. Istilah-istilah yang dibuat remaja itu merupakan bahasa komunitas mereka yang digunakan sebagai simbol keakraban dalam interaksi verbal yang bersifat informal.
Guru Besar Bahasa Indonesia FIB UGM, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A., mengatakan sebagian besar bahasa gaul remaja terbentuk dari kata bahasa Indonesia informal. Di antara kata-kata itu, memang ada kata-kata yang benar-benar merupakan kata percakapan bahasa Indonesia dan ada pula kata bahasa baku yang mengalami berbagai perubahan bentuk ucapan dan ejaan serta maknanya. Sementara itu, daftar istilah yang digunakan untuk memperkaya bahasa gaul remaja diambil dari berbagai bahasa. “Permasalahan ini cukup rumit karena ada banyak yang berinteraksi dengan bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa itu memperkaya khasanah bahasa gaul remaja di Indonesia,” kata Putu Wijana dalam Pidato Dies Natalis ke-64 FIB UGM.
Dalam pidato yang berjudul Bahasa Gaul Remaja Indonesia dan Berbagai Persoalannya, Putu Wijana mengatakan sumber kosa kata bahasa gaul berasal dari bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing, seperti Inggris, Belanda, bahasa latin, Arab, Cina, dan Sansekerta.
Kendati demikian, kata Putu Wijana, dialek Jakarta adalah dialek bahasa Indonesia yang pengaruhnya paling dominan dan memberikan sumbangan paling signifikan bagi perkembangan bahasa gaul remaja. ''Saat ini, beratus-ratus kata dari bahasa Indonesia dialek Jakarta menghiasi bahasa gaul remaja Indonesia,'' tambahnya.
Putu Wijana juga berpendapat di dalam bahasa gaul sebenarnya tercermin segala tingkah laku dan pola pikir pemakainya. Menurutnya, kajian bahasa gaul yang digunakan para remaja akan mampu mengungkapkan berbagai hal yang melatarbelakangi kehidupan para remaja. Dengan demikian, hal itu dapat digunakan sebagai referensi untuk memahami perilaku mereka serta berupaya ikut menyelesaikan persoalan hidup yang dialami.
“Bahasa tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia. Sebaliknya, hampir semua kecenderungan para remaja itu tidak pula dapat dilepaskan dari aktivitas pemakaian bahasa,” jelasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
sumber dari :http://www.ugm.ac.id/new/?q=id/news/bahasa-gaul-cermin-perilaku-remaja
NAH dibawah ini ada bbrap istilah yg kerap muncul di zmz atau FB. mgkin perlu untuk kamu ketahui:
hbd : happy birth day.
WUATB : Wish u alL the besT
* Kongkow : Nongkrong (dipakai untuk melakukan aktifitas kumpul-kumpul bareng temen-temen)
* Ngastik : Nggak asyik (dipake buat mengungkapkan sesuatu yang tidak enak dirasa, didengar, dan diliat)
* Lonte : Pelacur
* Poskul : Pulang sekolah (kadang juga berlaku buat menyatakan pulang kantor)
* Gw, w, oGut, Gout, wa : Saya, aku
* Loe, lo, lu, lw, u : kamu
* SMS : suka sama suka
* sodokur : sodara
* Titi kamal : hati2 kalau malam
* balon : bakal calon
* bekibolang : belok kiri boleh
* brondong : lebih muda
* brownis : brondong manies
* cemat : cewe matre
* cemen : gak ada nyali
* CDMA : cape deh males ah
* cileduk : cinta lewat dukun
* Dedi dores : dengan dirinya doa restu
* ember : iya EMANG. (benar/setuju)
* gahom : gagah homo
* Gorda : gorila darat (khusus buat orang yang mukanya jelek banget!!)
* Back ground : Back = belakang Ground = Genderuwo (coba Loe artiin sendiri)
* Lekong : Banci kaleng
* Mawar : mau
* Sangs : kepengen
* Suamsuam kuku : Suamiku
* Ngemeng : Ngomong/bicara
* Titi Dj : aTi aTi Di Jalan
* ToMingSe : Tolong Mingkem Sedikit
* HandyCam : Makan pake tangan
* Gancet : Ngesex
* JabLuk : Jablay Buluk
* Sokam : Rokok 234
* Jokul : Jual
* Dokat : duit
* Gara : Kaga/ngga/tidak
* Dae : Ada
* Mokad : ma*pus/mod4r/mati
* Kobam : Mabok
* Ngelonjor : ngelamun jorok
* Sekwilda : sekitar wilayah dada
* Boker : Buang air besar
* Bobi : botak biadab (hayo siapa tuh? )
* japak : jablay pakuan...
* pasutri : pasukan suami takut istri
* cimut : ciuman maut
* kamsut(kemek) : makan
* sunge : sunda ngehek
* hasem : belom ngerokok
* skull : sekolah
* kull : kuliah
* ngondoy : turun
* Meneketehe : Mana Aku tau
* Kemsi : Kemek siang (makan siang)
* Parno : Paranoid
* Sherina : Serius na
* Marsyanda : Masa oloh serius na
* Tp : tebar pesona
* Gaptek : gagap teknologi
* Neting : Negatif Thinking
* Doror : Double eror
* Tajir : Orkay (orang kaya)
* jadul : jaman dulu
* Ciamik : bagus
* Cingcay lah : lumayan lah
* Jarpul : jarang pulang
* SMP : sehabis makan pulang
* Capcus : cabut (pulang/pergi)
* Macacci : masa sih
* Makaci : terimakasih
* Bapuk : jelek/buluk
* Caur : ancur
* Gazebo : Gak zelas bo
* Nembak : menyatakan cinta
* Jadian : pacaran
* pet cang tai : capek
* Tase : bermesraan
* Tababmerematahua : (udah yang palng jelek!)
* AA Gym GTL : agak agak gimana gitu loh!
* OMG : oh my god!
* Siting sob (giting, alias sinting sob!)
* Bokis : bohong
* Jorki : Joker (jorok)
* Pewe : Posisi (Wu)enak
* Songong : belagu
* Pecun : perek culun
wp? : wani piro ?
kamsude: maksude?
Kamsud lo?:
orRa pacullll: ora patut (luar biasa)
NGIdER jal: nGILOO dELENG rAINE jal (NGACA COBA, LIAT MUKANYA)
mantannnp:mana tahannn)
M.S : Mbelek Singa (Lebih zerem dari "Tai Kucing")
T.P : Tebar Pezona
sudoku: sukurin deh kamu
sebel:seal bener (sial bener)
GateWay: Ga' lucu tau!
ssg:suka suka guweh
ra kuku: ora kuwat
Gondes: gondrong ndeso
Golkar: Guoblok Kwadrat
kismis:miskin
DDR: daya dong rendah
Pao: mondol
BTW: by the way: omong-omong ....
GaDoy: ga doyan
pulkam: pulang kampung
tm jaka: tambah manis aja kamu
jaka sembung naek ojek: ga nyambung jack!
jaka sembung bawa golok: ga nyambung goblok
jaka sembung bawa grobak: ga nyambung pak!
jaka sembung pake kebaya: mau kondangan kemane?
mc ceee: massa sieeh
ceue: cewe
couo: cowo
kendo lah: goblok lah
kendo lah kowe: kamu g pake otak
Tp"
Selengkapnya