KRISTENISASI DISEKITAR KITA
Kamis, 06 September 2007
Kristenisasi di desa Pait, Kasembon Malang
Geliat kaum Salibis memurtadkan umat Islam di Tanah Air tak pernah berhenti. Berbagai cara ditempuh, termasuk mengirim mahasiswa teologi di desa mayoritas Muslim dengan dalih Kuliah Kerja Nyata. Di Malang, sebuah desa menjadi target Kristenisasi.
Malang, sebuah kota kecil di Jawa Timur yang terkenal dengan udara dingin dan buah apelnya, juga termasuk kegiatan gerilyawan Salib. Bahkan kota Malang sudah menjadi basis pengedaran misionaris. Hla ini diperkuat dengan banyaknya gereja dan sekolah, baik legal maupun ilegal.
Kini, di Malang, Kristenisasi juga mengincar para peternak. Seperti yang terjadi di desa Pait, kecamatan Kesemben, kabupaten malang, sebuah desa di perbukitan yang berbatasan dengan kabupaten Kediri. Kasus ini tergolong unik. Seorang pendeta yang memiliki ternak sering meminjamkan sapi betina dan pejantan kepada warga yang mau ikut sekolah minggu. Ketika sapi tersebut beranak, maka anak hewan itu menjadi hak warga yang memeliharanya, berapapun jumlahnya. Lain waktu, sang Pendeta menawarkan jenis sapi perah untuk dimanfaatkan susunya. Biasanya, ia memberikan dua ekor sapi betina siap perah, lalu hasilnya dijual ke Koperasi Unit Desa (KUD).
salah seorang yang giat melakukan Kristenisasi ala ternak sapi ini adalah Pendeta Yohanes Sukirno. Selain melakukan Kristenisasi dnegan model tersebut, Pendeta Sukirno juga kerap menjadikan rumahnya sebagai tempat kebaktian. Ia juga tak segan - segan "mengimpor" jemaat untuk meramaikan kebaktian. "Saya dan Bapak pindahan dari Madiun, dan sudah sekitar lima tahunan disini, puji Tuhan selama ini kami ngga ada masalah dengan warga," ujar Ambarwati, istri Pendeta Sukirno saat ditemui SABILI di rumahnya yang telah "disulap" menjadi gereja.
Untuk menjalankan misinya, Sukirno dibantu oleh Pendeta Richard, seorang misionaris muda alumnus sebuah sekolah teologi di Karanglo, Malang. Pendeta mudah dari Ambon ini, menurut Ambarwati, juga aktif sebagai gembala sebuah gereja di Kandangan, Kediri. "Saya senang disini. Selain refreshing, saya juga belajar misi di daerah terpencil pada Pak Sukirno," aku Pendeta Richard saat ditanya tentang kesannya ketika menebar misi di desa ini.
Selain mendekati para peternak, kedua misionaris di perbukitan ini juga mengincar jalur pendidikan. Seorang penginjil yang menurut warga dulunya adalah Muslim, giat menebar misi di Sekolah Dasar Pait I. Guru tersebut sering menawarkan bantuan bimbingan belajar privat komputer dan bahasa inggris gratis kepada para siswa. Hingga artikel ini ditulis, sudah dua siswa yang dimurtadkan.
Dua kasus diatas terungkap dari investigasi Tim FAKTA Malang atas laporan seorang mahasiswa yang sedang melakukan KKN di daerah tersebut.
Tahun lalu, kesalahpahaman yang hampir berujung bentrok juga pernah terjadi di desa ini. Bermula dari KKN mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang sudah diamanahkan untuk menggarap bidang sosial, agama dan pendidikan. Di saat yang sama, mahasiswa KKN dari Universitas Katolik Widya Karya (UKWK), Malang. Mereka mengambil alih beberapa bidang yang sudah diambil oleh Mahasiswa Muhammadiyah. Kasus ini meruncing saat seorang dari mereka, mensosialisasikan program mereka di Madrasah Ibtidaiyah serta menghapus lafadz Bismillah di papan tulis salah satu kelas.
"Alhamdulillah, kasus ini bisa selesai dengan damai," ujar Suyit, salah seorang pengurus Yayasan Madrasah tersebut. Sejak itu, pihak UKWK beralih pada bidang pertanian dengan konsentrasi irigasi dan pembibitan.
Meski pihak UKWK sudah meminta maaf atas peristiwa tersebut, umat Islam masih menyimpan kewaspadaan. "Ngga cukup dengan kata ma'af, Mas. Suatu saat mereka pasti akan mengulangi jika ada celah," ujar Noer salah seorang ibu yang resah dengan kehadiran UKWK.
Kekhawatiran Noer pun jadi kenyataan. Setelah kasus di Madrasah tersebut, mahasiswa UKWK pun aktif mendatangi rumah warga untuk menawarkan program dasa wisma dan bimbingan belajar untuk putra-putri warga. Namun, anehnya aparat desa seakan tak peduli dengan apa yang terjadi. "Ngga ada apa - apa kok Mas, mereka cuman pingin kenal warga saja," ujar pak Modin, aparat desa setempat.
Ironi, memang. Di satu sisi aparat seakan tek peduli dengan bahaya kristenisasi yang mengancam kaum Muslimin. Di sisi lain, warga mulai resah dengan kehadiran mereka. Apalagi jika Kristenisasi itu semakin menggunakan cara-cara yang halus dan penuh tipu daya. "Intinya begini, saya ingin mahasiswa Muslim yang KKN disini itu membantu dakwah, sekaligus saya juga sudah melapor ke MUI kecamatan, ke Muhammadiyah ataupun ibu-ibu Fatayat NU. Tapi kok ngga ada respon, saya jadi heran," ujar Noer yang juga aktif menggerakan pengajian ibu - ibu.
Kegundahan Noer seharusnya disikapi oleh aparat dengan tegas. Bagaimana tidak, sekitar dua bulan setelah mahasiswa UKWK pergi, kini di desa Pait didatangi Mahasiswa Institut Injil Indonesia dari kota Batu, Malang. Kalau ini dibiarkan, akidah umat Islam di desa Pait terus terancam. (Kukuh Santoso, Fakta Malang)
Diposkan oleh Blog Tim Fakta di 20:47 http://timfakta.blogspot.com/2007/09/kristenisasi-di-desa-pait-kasembon.html
Kejahatan Kristenisasi:
Di Masjid, Pengungsi Islam Tiga Desa Diberkati Dalam Yesus
Kristenisasi didaerah bencana Merapi kian norak dan kasar. Warga tida desa dikumpulkan di masjid untuk diberi bantuan. Tapi di masjid ini pengungsi Muslim diberkati dalam nama Tuhan Yesus.
Pola kristenisasi didaerah bencana Merapi di Magelang kian norak dan kasar. Setelah ditemukan kasus pembagian Injil di komunitas Islam, Selasa (30/111/2010) kemarin Relawan Masjid Indonesia menemukan kasus baru yang membuat geram kita. Tepatnya terjadi di tiga dusun yang berbeda, yakni di Dusun Kembar, Dusun Karang Gondang, dan Dusun Dukuh, ketiganya ada di desa Ngadipura, kecamatan Dukun, Magelang.
Setelah warga pulang dari barak pengungsian, mereka tinggal di dusun mereka sendiri. Kemudian ada pengumuman pembagian bantuan di Masjid. Warga pun kemudian berbondong-bondong kumpul di dalam Masjid. Setelah berkumpul, warga dibagi bantuan, antara lain nasi bungkus, beras, dan sembako lainnya. Juga diadakan acara untuk menghilangkan trauma bencana oleh Yayasan Citra Kasih dan Anak Nusantara Berbagi Kasih dari Jakarta dan Temanggung.
Terakhir di acara tersebut, dibagikan roti pemberkatan oleh Rohaniawan dan Relawan mereka, dan yang hadir di dalam Masjid semuanya diberkati atas nama Tuhan Yesus. Acara tersebut berlangsung di dalam Masjid, dan dihadiri oleh mayoritas warga yang beragama Islam. Inilah kelicikan mereka, disaat warga membutuhkan bantuan, mereka gunakan untuk melakukan pemurtadan, dan parahnya lagi dilakukan didalam Masjid.
Investigasi Relawan Masjid Indonesia, terjadi pola kristenisasi seperti ini di tiga dusun. Kasus ini diceritakan oleh warga didaerah tersebut, kepada Ust. Muhammad Jazir Asp. dari Relawan Masjid Indonesia setelah 1 pekan kejadian tersebut.
M. Fanni Rahman
Koordinator Relawan Masjid Indonesia,
Sekretariat : Masjid Jogokariyan, Jl. Jogokariyan 36 Jogja.
Cp. 085 228 44 6666, e-mail : abahhamzah@gmail.com
Jika Yesus Bukan Orang Kristen, Kenapa Misionaris Lakukan Kristenisasi?
Thursday, 03 June 2010 11:13 | Written by Jaka |
Kristologi
•
Maraknya gerakan pengkristenan terhadap umat Islam yang dilakukan oleh para penginjil dengan segala cara, membuat Insan Mokoginta memeras otak. Mantan Katolik China-Manado sebelumnya bernama Wenceslaus Mokoginta ini berpikir keras, mengapa para misionaris yang mengaku sebagai pengikut Yesus itu getol mengkristenkan umat Islam? Apakah Yesus beragama Kristen, dan apakah Yesus mengajarkan Kristen?
Tergelitik dengan pertanyaan sederhana ini, Mokoginta menulis buku “Mustahil Kristen Bisa Menjawab: Berhadiah Mobil BMW.” Buku berisi sepuluh pertanyaan sayembara teologi ini disediakan masing-masing pertanyaan satu hadiah uang tunai total 100 juta dan sebuah mobil BMW.
Kuis teologi berhadiah ini diawali dengan pertanyaan pertama, “Mana pengakuan Yesus dalam Alkitab (Bibel) bahwa dia beragama Kristen?”
Mokoginta menjelaskan, semua pengikut Yesus pasti mengakui bahwa mereka beragama Kristen. Tetapi apakah ada di antara mereka bisa memberikan bukti atau menunjukkan ayat-ayat yang tertulis di dalam Alkitab bahwa Yesus beragama Kristen? Jika Yesus ternyata bukan beragama Kristen, lalu apa nama agama Yesus yang sebenarnya? Karena dalam seumur hidupnya Yesus tidak pernah tahu kalau agama yang dibawanya dinamai Kristen, sebab nama “Kristen” itu baru muncul jauh setelah Yesus mati.
Reaksinya bisa ditebak, para pendeta kebakaran jenggot dengan kuis teologi berhadiah tersebut. Dari kawasan Surabaya, Budi Asali, M.Div merasa tersengat dengan tantangan Mokoginta. Reaksioner, pendeta dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia ini menulis buku tanggapan balik “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?”
Dengan nada sinis, Budi Asali balik menyerang Mokoginta sebagai orang bodoh. “Ini suatu pertanyaan bodoh dari orang sok pintar. Sudah barang tentu ia (Yesus, pen.) tidak pernah mengakui hal itu, karena ia memang tidak beragama Kristen.”
Anehnya, setelah menuduh orang lain sebagai orang bodoh yang sok pintar, Pendeta Asali memamerkan sifat yang dituduhkan tersebut pada dirinya sendiri dalam tulisan berikut:
“Sekalipun dalam sepanjang hidup Yesus, nama orang Kristen tidak pernah ada, itu tidak berarti bahwa tidak mungkin Yesus yang memberikan nama itu. Yesus bisa saja memberikan nama itu setelah dia bangkit dari antara orang mati. Lebih-lebih, kalau kita meninjau Yesus sebagai Allah, maka kematian dari manusia Yesus jelas tak menghalangi dia untuk memberi nama itu kepada para muridnya” (hlm. 25).
Seandainya, pengandaian pendeta itu diterima mentah-mentah, bahwa setelah mati disalib lalu dikubur, Yesus bangkit dari kubur untuk memberi nama “Kristen” terhadap agamanya. Lantas, kenapa tidak ayat Bibel yang mengabadikan peristiwa penting tersebut? Karena argumen ini tidak didasarkan pada ayat Alkitab, berarti Apologi pendeta ini sangat tidak cerdas dan tidak ada rujukan ilmiahnya. Sebagai orang yang gampang menuding orang lain bodoh dan sok pintar, semestinya Pendeta Asali bicara masalah agama sesuai dengan dasar kitab suci. Jangan mengumbar ‘teologi khayalan’ yang hanya dilandasi praduga mentah belaka.
Tantangan Mokoginta tersebut sebenarnya cukup beralasan dan ilmiah. Karena dalam keempat Injil dalam Bibel, tak sepatah kata “Kristen” pun terucap dari mulut Yesus. Bahkan kata “Kristen” dalam Bibel diungkapkan jauh setelah Yesus tidak ada di dunia, sesuai dengan ayat berikut:
“Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kisah Para Rasul 11:25-26).
Dalam buku Comparative Religions on File: Facts on File Library of World History,” disebutkan bahwa Yesus lahir sekitar tahun 4 Sebelum Masehi dan wafat sekitar tahun 29 Masehi. Sementara Paulus dan Barnabas memberi nama “Kristen” terhadap agama yang mereka bentuk, sekitar tahun 42 M. Berarti agama Kristen baru muncul sekitar 13 tahun setelah Yesus tidak ada di dunia.
Di sinilah letak keistimewaan Islam dibandingkan Kristen. Sebagai agama (din) yang haqq, Allah sendiri yang memberi nama dan meridhainya dalam Al-Qur’anul Karim:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (Qs Ali Imran 19).
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Qs Ali Imran 85). [a ahmad hizbullah]
Ternyata Yesus Bukan Orang Kristen
Mengenai teka-teki agama yang dianut Yesus, Pendeta Budi Asali M.Div. masih mau mengakui bahwa Yesus memang tidak beragama Kristen, melainkan beragama Yahudi.
“Sebagai manusia, Yesus beragama Yahudi, dan ini terlihat dari fakta dalam Alkitab bahwa ia memang menjalani semua upacara dan hukum-hukum Yahudi, seperti disunat, merayakan Paskah Perjanjian Lama, merayakan hari-hari raya Yahudi, berbakti di Bait Allah/sinagog, dsb.” (hlm. 26).
Tetapi, jawaban ini justru menimbulkan pertanyaan baru yang pelik. Jika Yesus beragama Yahudi, kenapa para paus, pastur, pendeta, penginjil dan orang awam lainnya yang mengaku sebagai pengikut Yesus itu beragama Kristen, baik Katolik maupun Protestan? Kenapa mereka tidak beragama Yahudi seperti Yesus yang mereka teladani?
Karena dalam praktiknya, doktrin agama Kristen yang ada saat ini sudah menyimpang dari ajaran agama yang dianut oleh Yesus. Michael H. Hart dalam penelitiannya menyebut Paulus sebagai aktor utama dalam penghancuran ajaran Yesus dan terbentuknya ajaran Kristen beserta doktrin-doktrinnya:
“Paul, more than any other man, was responsible for the transformation of Christianity from a Jewish sect into a world religion. His central ideas of the divinity of Christ and of justification by faith alone have remained basic Christian thought throughout all the intervening centuries. All subsequent Christian theologians, including Augustine, Aquinas, Luther, and Calvin, have been profoundly influenced by his writings. Indeed, the influence of Paul’s ideas has been so great that some scholars have claimed that her, rather than Jesus, should be regarded as the principal founder of the Christian Religion” (Michael H. Hart, The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History, p. 34-35)
(Paulus, lebih dari orang-orang lainnya, bertanggung jawab terhadap peralihan (transformasi) Agama Kristen dari sekte Yahudi menjadi agama besar dunia. Ide sentralnya tentang keilahian Yesus dan pengakuan berdasar kepercayaan semata tetap merupakan dasar pemikiran Kristen sepanjang abad-abad berikutnya.
Belakangan semua teolog Kristen, termasuk Agustine, Aquinas, Luther dan Calvin, semuanya terpengaruh oleh tulisan-tulisan Paulus. Sampai-sampai banyak sarjana mengklaim bahwa Pauluslah yang menjadi pendiri agama Kristen, dan bukannya Yesus).
Kenyataan ini pula yang merangsang Clayton Sullivan, seorang profesor dan pendeta Gereja Baptis dari Mississippi untuk membersihkan ajaran Yesus dari orang Kristen. Pemikiran itu dituangkannya dalam buku Rescuing Jesus from Christians (Menyelamatkan Yesus dari Orang Kristen) yang diterbitkan oleh Trinity Press International (2002).
Tak hanya itu, doktrin penebusan dosa manusia oleh kematian Yesus di tiang salib pun digugat oleh rohaniawan Kristen sendiri. Uskup John Shelby Spong dalam buku Why Christianity Must Change or Die menyerukan untuk mencabut doktrin Yesus Juruselamat: “So we must free Jesus from the rescuer role.. Jesus portrayed in the creedal statement ‘as one who, for us and for our salvation, came down from heaven’ simply no longer communicates to our world. Those concepts must be uprooted and dismissed” (p. 99).
(Oleh karena itu kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai Juruselamat... Yesus yang digambarkan di dalam pernyataan keimanan sebagai seseorang yang demi kita dan demi keselamatan kita, turun dari surga, sudah tidak cocok untuk alam kita sekarang ini. Ajaran ini harus dicabut dan disingkirkan).
Walhasil, para pendeta dan penginjil aktivis pemurtadan itu harus berpikir seribu kali sebelum mengkristenkan umat Islam.
Karena Kristen yang mereka perjuangkan itu bukanlah agama Yesus. Sebab jika misi itu bertentangan dengan ajaran Yesus, maka di sorga kelak mereka pasti dihardik Yesus: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
A. AHMAD HIZBULLAH MAG
[
Jawaban untuk Pendeta Richmon Temanggung (1): Tuhan Maha Jahat dan Penipu?
13 Mar 2011 1 Komentar
by scorpio in Artikel Islam
Kasus kerusuhan Temanggung pada Senin, 8 Februari 2011 lalu dipicu oleh buku hujatan Islam dalam buku “Ya Tuhanku, Tertipu Aku!” yang dibagi-bagikan secara cuma-cuma oleh Pendeta Antonius Richmon Bawengan kepada warga Muslim Temanggung. Buku bersampul hijau setebal 60 halaman ini penuh dengan hujatan terhadap Islam. Dalam buku yang tidak mencantumkan nama penulis dan penerbit ini, digelar ratusan hujatan Islam yang dibagi dalam 21 poin.
Pada poin pertama berjudul “Onta Yang Bodoh,” dikutip sebuah ayat Al-Qur’an surat An-Nisa, untuk menyindir umat Islam agar tidak menjadi manusia yang bodoh seperti onta. Setelah menyindir umat Islam dengan julukan “Onta Yang Bodoh,” pendeta kelahiran Manado 58 silam ini menyerukan agar menyangkal pendodohan Jin berkedok Tuhan.
Selanjutnya pada poin kedua berjudul “Mohon Ditunjuki Jalan Yang Lurus,” Pendeta Richmon melecehkan Allah sebagai Tuhan yang jahat dan menipu umat Islam ke neraka. Berikut kutipannya:
“Penganut Agama Arabi mentaati ketentuan untuk menyembah Allah, antara lain dalam bentuk shalat 5 waktu, yang berlangsung 17 rekaat setiap hari. Dalam setiap rekaat shalatnya, umat Muhammad umumnya melafazkan Al-Fatihah, yang berisi antara lain: “…Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah anugerahkan nikmat kepada mereka…”
‘Jalan orang-orang yang Tuhan anugerahkan nikmat kepada mereka,’ pastilah Jalan Lurus ke sorga kekal, bukan ke Neraka.
17 kali sehari kalimat permohonan itu diucapkan oleh muslim yang takwa. Hari ini belum dikabulkan, besok memohon lagi. Tidak dikabulkan, lanjut dengan permohonan di hari berikutnya. 6100 kali dimohonkan dalam setahun, tidak terkabul juga.
Fakta menunjukkan bahwa sampai hari ini, sesudah 15 abad agama Islam berkembang, permohonan tentang Jalan yang lurus itu berlanjut terus. Berarti Allah belum/tidak mengabulkannya. Begitu jahatnya Allah?
Oleh Allah, sesembahan muslim, umat muslim diperlakukan serupa dengan onta yang dibodohi oleh manusia cerdas…. Umat muslim yang takwa berharap terus, hari lepas hari bermohon, dan berharap, agar beroleh Jalan Lurus ke Surga. Dengan rajin beribadah, shalat 5 waktu, berharap ditunjuki Jalan Lurus. Sampai di ujung jalan-hidupnya tidak diperolehnya. Apa artinya keadaan itu?
Neraka! Mereka yang belum beroleh Jalan Lurus, berarti tidak berjalan lurus ke Surga, setelah ajal pasti ke Neraka.
Terus terang, kami, Kaum Injili merasa kasihan kepada Saudara-saudara umat muslim, tetapi geram terhadap Allah, yang begitu JAHAT, menipu ratusan juta manusia.
Itulah sebabnya buku-mini ini dituliskan, karena kasih terhadap sesama, dengan menempuh risiko dimusuhi oleh pemuka Agama Arab yang pasti geram terhadap penulis buku ini!” (hlm 2-3).
Rusak betul logika Pendeta Richmon ini. Hanya dengan fakta bahwa umat Islam selalu membaca doa “ihdinash shiraathal mustaqiim” (tunjukilah kami jalan yang lurus) dalam shalat, sekonyong-konyong disimpulkan bahwa umat Islam masih belum mendapat petunjuk dari Tuhan. Lalu dituduhkan bahwa Tuhannya umat Islam jahat dan penipu karena sudah 15 abad, umat Islam belum diberi jalan yang lurus sehingga harus meminta jalan yang lurus minimal 17 kali sehari atau 6100 kali setahun.
….Salah besar! Tidak benar tuduhan Pendeta Richmon bahwa umat Islam seperti onta bodoh yang belum berada di jalan yang lurus….
Salah besar! Tidak benar tuduhan Pendeta Richmon bahwa umat Islam seperti onta bodoh yang belum berada di jalan yang lurus sehingga terus meminta dalam shalat.
Shiraathal mustaqiim adalah jalan lurus Islam yang jelas tidak berliku-liku, yaitu mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah SAW.Shiraathal mustaqiim juga berarti Kitab Allah, sebagaimana riwayat dari Ali RA yang mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Ash-shiratul mustaqiim kitabullah.”
Umat Islam sudah berada di jalan yang benar/lurus karena meneladani nabi pamungkas Muhammad SAW. Secara gamblang, Allah menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu di antara para nabi yang berada di jalan yang lurus:
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rasul-rasul di jalan yang lurus” (Qs Yasin 3-4).
“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syari’at tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus” (Al-Hajj 67).
Tak ada cara lain bagi orang yang ingin selamat di jalan yang lurus, kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Nabi pamungkas ini hanya berdakwah kepada jalan yang lurus. Siapapun yang berpaling dari ajaran Rasulullah maka ia menyimpang dari jalan yang lurus (Al-Mu‘minun 73-74, Al-An’am 153).
….Tak ada cara lain bagi orang yang ingin selamat di jalan yang lurus, kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad….
Di jalan yang lurus ini, Nabi Muhammad berada satu corp dengan para nabi sebelumnya, antara lain dengan Nabi Ibrahim (Qs. An-Nahl 120-121); Nabi Musa dan Harun (Qs. As-Shaffat 118); Nabi Ishaq, Yakub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakariya, Yahya, Ilyas, Ismail, Ilyasa’, Yunus, Luth AS (Qs. Al-An’am 84-87), dll.
Corp semua Nabi Allah itu adalah satu yaitu Dinul Islam, karena agama yang diridhai Allah hanya satu yaitu Islam (Qs Ali Imran 19). Nabi Ibrahim adalah Muslim (Ali Imran 67), Nabi Yakub seorang Muslim (Al-Baqarah 132-133), Nabi Luth juga Muslim (Adz-Dzariyat 36), Nabi Yusuf pun Muslim (Yusuf 101), Nabi Sulaiman juga seorang Muslim (An-Naml 31).
Konsekuensinya, siapapun orang yang mencari agama lain selain Islam, maka pasti tidak akan diterima oleh Allah SWT (Ali Imran 85). Karena Allah telah menjamin bahwa ajaran Islam telah sempurna (Al-Ma’idah 3).
Sebagai agama yang sempurna dan disiapkan untuk seluruh umat manusia, di mana dan kapan saja sampai Hari Kiamat nanti, Islam memiliki beberapa keunggulan, antara lain:
1. Islam adalah agama yang bersumber dari Allah SWT baik Al-Qur’an sunnah nabawiyah (Qs Az-Zumar 2, As-Sajdah 2).
2. Ajaran Islam bersifat komprehensif (mencakup seluruh aspek kehidupan) (Qs Al-An’am 38).
3. Ajaran Islam bersifat universal (berlaku untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman (Qs Al-A’raf 158).
4. Ajaran Islam sesuai dengan fitrah manusia (Qs Ar-Rum 30).
5. Ajaran Islam menempatkan akal manusia pada tempat yang sebaik-baiknya secara proporsional, tidak mendewakan dan tidak menghinakannya (Qs Al-A’raf 179, Luqman 20).
6. Ajaran Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta (Qs Al-Anbiya’ 107).
7. Ajaran Islam berorientasi kepada masa depan (akhirat) tanpa melupakan masa kini (dunia) (Qs Al-Qashash 77).
8. Ajaran Islam adil, menyatakan sorga bagi yang beriman dan azab neraka bagi yang kufur (Qs Al-Bayyinah 6-8). Setiap manusia bertanggung jawab atas amalnya masing-masing, dosa manusia tidak bisa dipikul maupun diwariskan kepada orang lain (Qs. An Najm 38-39, Al-An’am 164, Al-Isra’ 15, Luqman 33, Yasin 54, At-Thur 21, Al-Baqarah 123 & 286,).
Jelaslah bahwa Islam adalah satu-satunya agama/jalan yang lurus dan diridhai Allah sepanjang zaman dari Nabi Adam hingga Muhammad SAW.
….Iblis bertekad untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Jika Pendeta Richmon menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus, maka dia tak ubahnya iblis berwajah pendeta!!….
Pendeta Richmon harus belajar banyak tentang agama dan segera bertobat dari aktivitas provokasi antarumat beragama.
Al-Qur’an surat Al-A’raf 16 menyebutkan tekad iblis untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Maka Pendeta Richmon wajib pensiun jadi misionaris yang menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus. Bila tidak, Richmon tak ubahnya iblis berwajah pendeta!! bersambung
[A. Ahmad Hizbullah MAG/Si-Online]
Jika Yesus Bukan Orang Kristen, Kenapa Misionaris Lakukan Kristenisasi?
Thursday, 03 June 2010 11:13 | Written by Jaka |
Kristologi
•
Maraknya gerakan pengkristenan terhadap umat Islam yang dilakukan oleh para penginjil dengan segala cara, membuat Insan Mokoginta memeras otak. Mantan Katolik China-Manado sebelumnya bernama Wenceslaus Mokoginta ini berpikir keras, mengapa para misionaris yang mengaku sebagai pengikut Yesus itu getol mengkristenkan umat Islam? Apakah Yesus beragama Kristen, dan apakah Yesus mengajarkan Kristen?
Tergelitik dengan pertanyaan sederhana ini, Mokoginta menulis buku “Mustahil Kristen Bisa Menjawab: Berhadiah Mobil BMW.” Buku berisi sepuluh pertanyaan sayembara teologi ini disediakan masing-masing pertanyaan satu hadiah uang tunai total 100 juta dan sebuah mobil BMW.
Kuis teologi berhadiah ini diawali dengan pertanyaan pertama, “Mana pengakuan Yesus dalam Alkitab (Bibel) bahwa dia beragama Kristen?”
Mokoginta menjelaskan, semua pengikut Yesus pasti mengakui bahwa mereka beragama Kristen. Tetapi apakah ada di antara mereka bisa memberikan bukti atau menunjukkan ayat-ayat yang tertulis di dalam Alkitab bahwa Yesus beragama Kristen? Jika Yesus ternyata bukan beragama Kristen, lalu apa nama agama Yesus yang sebenarnya? Karena dalam seumur hidupnya Yesus tidak pernah tahu kalau agama yang dibawanya dinamai Kristen, sebab nama “Kristen” itu baru muncul jauh setelah Yesus mati.
Reaksinya bisa ditebak, para pendeta kebakaran jenggot dengan kuis teologi berhadiah tersebut. Dari kawasan Surabaya, Budi Asali, M.Div merasa tersengat dengan tantangan Mokoginta. Reaksioner, pendeta dari Gereja Kristen Rahmani Indonesia ini menulis buku tanggapan balik “Siapa Bilang Kristen Tidak Bisa Menjawab?”
Dengan nada sinis, Budi Asali balik menyerang Mokoginta sebagai orang bodoh. “Ini suatu pertanyaan bodoh dari orang sok pintar. Sudah barang tentu ia (Yesus, pen.) tidak pernah mengakui hal itu, karena ia memang tidak beragama Kristen.”
Anehnya, setelah menuduh orang lain sebagai orang bodoh yang sok pintar, Pendeta Asali memamerkan sifat yang dituduhkan tersebut pada dirinya sendiri dalam tulisan berikut:
“Sekalipun dalam sepanjang hidup Yesus, nama orang Kristen tidak pernah ada, itu tidak berarti bahwa tidak mungkin Yesus yang memberikan nama itu. Yesus bisa saja memberikan nama itu setelah dia bangkit dari antara orang mati. Lebih-lebih, kalau kita meninjau Yesus sebagai Allah, maka kematian dari manusia Yesus jelas tak menghalangi dia untuk memberi nama itu kepada para muridnya” (hlm. 25).
Seandainya, pengandaian pendeta itu diterima mentah-mentah, bahwa setelah mati disalib lalu dikubur, Yesus bangkit dari kubur untuk memberi nama “Kristen” terhadap agamanya. Lantas, kenapa tidak ayat Bibel yang mengabadikan peristiwa penting tersebut? Karena argumen ini tidak didasarkan pada ayat Alkitab, berarti Apologi pendeta ini sangat tidak cerdas dan tidak ada rujukan ilmiahnya. Sebagai orang yang gampang menuding orang lain bodoh dan sok pintar, semestinya Pendeta Asali bicara masalah agama sesuai dengan dasar kitab suci. Jangan mengumbar ‘teologi khayalan’ yang hanya dilandasi praduga mentah belaka.
Tantangan Mokoginta tersebut sebenarnya cukup beralasan dan ilmiah. Karena dalam keempat Injil dalam Bibel, tak sepatah kata “Kristen” pun terucap dari mulut Yesus. Bahkan kata “Kristen” dalam Bibel diungkapkan jauh setelah Yesus tidak ada di dunia, sesuai dengan ayat berikut:
“Lalu pergilah Barnabas ke Tarsus untuk mencari Saulus; dan setelah bertemu dengan dia, ia membawanya ke Antiokhia. Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen” (Kisah Para Rasul 11:25-26).
Dalam buku Comparative Religions on File: Facts on File Library of World History,” disebutkan bahwa Yesus lahir sekitar tahun 4 Sebelum Masehi dan wafat sekitar tahun 29 Masehi. Sementara Paulus dan Barnabas memberi nama “Kristen” terhadap agama yang mereka bentuk, sekitar tahun 42 M. Berarti agama Kristen baru muncul sekitar 13 tahun setelah Yesus tidak ada di dunia.
Di sinilah letak keistimewaan Islam dibandingkan Kristen. Sebagai agama (din) yang haqq, Allah sendiri yang memberi nama dan meridhainya dalam Al-Qur’anul Karim:
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (Qs Ali Imran 19).
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Qs Ali Imran 85). [a ahmad hizbullah]
Ternyata Yesus Bukan Orang Kristen
Mengenai teka-teki agama yang dianut Yesus, Pendeta Budi Asali M.Div. masih mau mengakui bahwa Yesus memang tidak beragama Kristen, melainkan beragama Yahudi.
“Sebagai manusia, Yesus beragama Yahudi, dan ini terlihat dari fakta dalam Alkitab bahwa ia memang menjalani semua upacara dan hukum-hukum Yahudi, seperti disunat, merayakan Paskah Perjanjian Lama, merayakan hari-hari raya Yahudi, berbakti di Bait Allah/sinagog, dsb.” (hlm. 26).
Tetapi, jawaban ini justru menimbulkan pertanyaan baru yang pelik. Jika Yesus beragama Yahudi, kenapa para paus, pastur, pendeta, penginjil dan orang awam lainnya yang mengaku sebagai pengikut Yesus itu beragama Kristen, baik Katolik maupun Protestan? Kenapa mereka tidak beragama Yahudi seperti Yesus yang mereka teladani?
Karena dalam praktiknya, doktrin agama Kristen yang ada saat ini sudah menyimpang dari ajaran agama yang dianut oleh Yesus. Michael H. Hart dalam penelitiannya menyebut Paulus sebagai aktor utama dalam penghancuran ajaran Yesus dan terbentuknya ajaran Kristen beserta doktrin-doktrinnya:
“Paul, more than any other man, was responsible for the transformation of Christianity from a Jewish sect into a world religion. His central ideas of the divinity of Christ and of justification by faith alone have remained basic Christian thought throughout all the intervening centuries. All subsequent Christian theologians, including Augustine, Aquinas, Luther, and Calvin, have been profoundly influenced by his writings. Indeed, the influence of Paul’s ideas has been so great that some scholars have claimed that her, rather than Jesus, should be regarded as the principal founder of the Christian Religion” (Michael H. Hart, The 100, a Ranking of the Most Influential Persons in History, p. 34-35)
(Paulus, lebih dari orang-orang lainnya, bertanggung jawab terhadap peralihan (transformasi) Agama Kristen dari sekte Yahudi menjadi agama besar dunia. Ide sentralnya tentang keilahian Yesus dan pengakuan berdasar kepercayaan semata tetap merupakan dasar pemikiran Kristen sepanjang abad-abad berikutnya.
Belakangan semua teolog Kristen, termasuk Agustine, Aquinas, Luther dan Calvin, semuanya terpengaruh oleh tulisan-tulisan Paulus. Sampai-sampai banyak sarjana mengklaim bahwa Pauluslah yang menjadi pendiri agama Kristen, dan bukannya Yesus).
Kenyataan ini pula yang merangsang Clayton Sullivan, seorang profesor dan pendeta Gereja Baptis dari Mississippi untuk membersihkan ajaran Yesus dari orang Kristen. Pemikiran itu dituangkannya dalam buku Rescuing Jesus from Christians (Menyelamatkan Yesus dari Orang Kristen) yang diterbitkan oleh Trinity Press International (2002).
Tak hanya itu, doktrin penebusan dosa manusia oleh kematian Yesus di tiang salib pun digugat oleh rohaniawan Kristen sendiri. Uskup John Shelby Spong dalam buku Why Christianity Must Change or Die menyerukan untuk mencabut doktrin Yesus Juruselamat: “So we must free Jesus from the rescuer role.. Jesus portrayed in the creedal statement ‘as one who, for us and for our salvation, came down from heaven’ simply no longer communicates to our world. Those concepts must be uprooted and dismissed” (p. 99).
(Oleh karena itu kita harus membebaskan Yesus dari kedudukannya sebagai Juruselamat... Yesus yang digambarkan di dalam pernyataan keimanan sebagai seseorang yang demi kita dan demi keselamatan kita, turun dari surga, sudah tidak cocok untuk alam kita sekarang ini. Ajaran ini harus dicabut dan disingkirkan).
Walhasil, para pendeta dan penginjil aktivis pemurtadan itu harus berpikir seribu kali sebelum mengkristenkan umat Islam.
Karena Kristen yang mereka perjuangkan itu bukanlah agama Yesus. Sebab jika misi itu bertentangan dengan ajaran Yesus, maka di sorga kelak mereka pasti dihardik Yesus: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
A. AHMAD HIZBULLAH MAG
[www.ahmad-hizbullah.co.cc]
Skandal Seks Gereja Katolik
Wednesday, 31 March 2010 13:22 | Written by Jaka |
Kristologi
•
Pantang Menikah Yes! Pelecehan Seksual Yes!!
Bulan Maret tahun ini energi Gereja Katolik Roma tersedot habis untuk mengatasi berbagai kasus skandal seksual yang dilakukan oleh para pastor , uskup dan biarawan terhadap anak-anak (pedofilia) di berbagai negara: Irlandia, Amerika Serikat, Jerman, Austria, Belanda, Denmark, Swiss, dll.
Sedemikian maraknya skandal seksual di gereja Katolik, sampai-sampai pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Benediktus XVI menerbitkan surat Pastoral, Jumat (19/3/2010) sebanyak 18 lembar. Paus menganggap kasus tersebut sebagai kejahatan yang serius.
Bahkan Kanselir Jerman Angela Merkel mengeluarkan statemen saat berpidato di parlemen, Rabu (17/3/2010), mengecam pelecehan seksual di Gereja Katolik terhadap anak-anak sebagai kejahatan yang keji. Merkel bahkan menyebut Gereja sedang berada di jantung skandal.
Maraknya pelecehan seksual di gereja Katolik adalah fenomena yang unik tapi menarik. Di gereja yang menerapkan doktrin Selibat Suci, yaitu hidup tidak kawin (membujang) sepanjang hayat bagi para imam, diakon dan biarawati. Dampaknya, banyak pelaku selibat yang terjatuh dalam dosa zina di lingkungan gereja yang digembalakannya. Padahal, tujuan selibat adalah untuk lebih mencintai Tuhan dengan lebih bebas:
“Dan para imam, diakon dan biarawati-biarawati ingin mengembangkan kodrat terdalam dengan tidak menikah agar mereka bisa mencintai Allah dan sesama dengan lebih bebas…” (Dr H Pidyarto O.Carm, Mempertanggungjawabkan Iman Katolik, buku kedua hlm. 10).
Meski terbukti kegagalan dan kerusakannya, anehnya pihak Katolik masih membanggakan doktrin Selibat. Bahkan Komisi Hubungan Antar Agama Dan Kepercayaan (HAK) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menjustifikasi doktrin Selibat dengan menyelewengkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Dalam buku Beberapa Contoh Dialog Agama, Komisi HAK KWI menyebutkan bahwa dalam Al-Qur’an sudah dikenal adanya hidup Selibat, yaitu dalam surat Al-Anbiya’ 91, Ali Imran 39, dan Al-Ma’idah 82. Demikian kutipannya:
“...Dalam Islam pun hidup Selibat dikenal. Al-Qur'an membicarakan dengan penuh hormat Bunda Maria, Perawan Utama. Surat 21:91: “Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.”
Yohanes Pemandi (Nabi Yahya, pen.) dipuji sebagai seorang “hasur,” yang artinya seorang yang dapat menahan hawa nafsu (surat 3:39)..” (hlm. 9).
Meski dipoles sedemikian rupa, kebatilan doktrin Selibat tidak akan bisa disembunyikan. Semakin banyak ayat Al-Qur'an dan nabi-nabi yang diperalat untuk alat pembenaran, maka kebatilan doktrin Selibat justru semakin terang benderang.
Secara tegas Islam mengharamkan hidup selibat (pantang kawin), karena Allah SWT melarang keras perbuatan tersebut: “...Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-adakannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya....” (Qs. Al-Hadid 27).
Ayat ini secara lantang menolak doktrin pantang kawin untuk beribadah kepada Tuhan, karena selibat (tabatthul/rahbaniyah) adalah doktrin yang mengada-ada dan tidak pernah diperintahkan oleh Allah SWT.
Karenanya, tak seorang nabi pun yang menganut ideologi Selibat (pantang menikah), sesuai dengan firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan” (Qs Ar-Ra’du 38).
Membenarkan Selibat dengan mengklaim Nabi Yahya AS sebagai seorang peselibat berdasarkan Al-Qur'an surat Ali Imran 39 adalah kekeliruan yang besar. Karena makna “hashur” yang disandang Nabi Yahya dalam ayat tersebut berarti dapat menahan hawa nafsu, bukan pantang menikah atau berselibat. Jika sampai akhir hayatnya Nabi Yahya tidak pernah menikah, bukan berarti beliau itu seorang yang Selibat, tapi karena beliau meninggal terbunuh ketika belum pernah menikah.
Argumen KWI yang sangat menggelikan adalah klaim keabsahan Selibat sesuai dengan sunnah Maryam, ibunda Nabi Isa AS. Menurut KWI, Bunda Maryam adalah wanita yang melakukan Selibat, sesuai dengan surat Al-Anbiya 91. Ayat yang menyatakan Bunda Maryam sebagai wanita yang memelihara kehormatannya (ahshanat farjaha) ini, sama sekali tidak ada kaitannya dengan doktrin Selibat Katolik.
Argumen KWI yang mencari-cari pembenaran dari Bunda Maryam dalam Al-Qur'an ini sangat memalukan. Karena dalam Alkitab (Bibel) sendiri, disebutkan bahwa Maryam (Maria) bukan seorang peselibat. Secara kasat mata saja, Romo Pastur dan Kardinal di KWI bisa membaca bahwa Bunda Maria diperistri Yusuf (Matius 1:24-25) sampai beranak-pinak, sehingga Yesus memiliki saudara seibu, antara lain: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas (Injil Matius 13:55, Markus 3:31). Dengan status sebagai seorang istri dari pria bernama Yusuf dan ibu dari empat orang anak, maka julukan “perawan” dan “peselibat” kepada Bunda Maria adalah sebuah penghinaan, baik kepada Bunda Maryam maupun kepada kitab suci.
Doktrin Selibat Katolik Menentang Bibel
Tak ada manfaatnya jika KWI memelintir ayat-ayat Al-Qur'an untuk mendukung doktrin Selibat, sebab di internal Kristen sendiri, doktrin ini tidak laku, karena mendapat tentangan dari pihak Protestan.
Kalangan Protestan tidak sepakat dengan doktrin Selibat, menilai bahwa gereja Katolik Roma bertindak terlalu jauh dengan melarang para imam untuk menikah. Larangan ini bertentangan dengan ajaran Alkitab. Peraturan Selibat telah menyingkirkan hal-hal yang baik dari gereja dan gembala-gembala yang sehat, dan mengakibatkan banyak imam jatuh ke dalam dosa. Bukankah Paulus menyebutkan bahwa uskup adalah suami dari satu istri (1Tim. 3:2; Tit. 1:6)? Jadi jelaslah bahwa peraturan Selibat merupakan kesalahan manusia yang melarang apa yang tidak dilarang oleh Tuhan. Alkitab (Kristus) sendiri sangat menghargai pernikahan, sehingga dijadikan sebagai gambaran hubungan Kristus dan jemaat (Ef. 5:23-24,32). (John Calvin, Institutes of the Christian Religion, IV.12).
Menurut Bibel, doktrin Selibat juga tidak sejalan dengan tujuan penciptaan manusia, di mana Allah memerintahkan supaya pria dan wanita bersatu dan beranak-cucu.
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi” (Kejadian 1:27-28).
Doktrin Selibat semakin tidak relevan dengan tradisi menikah, poligami dan beranak cucu yang dilakukan oleh para nabi dalam Bibel:
1. Salomo (Nabi Sulaiman) adalah orang benar yang sebelum kelahirannya telah dinubuatkan Tuhan sebagai orang yang menjunjung tinggi kemuliaan Tuhan, hingga Tuhan mencintainya dan memberi gelar “anak Tuhan” yang bermakna “hamba Tuhan” (1 Tawarikh 22:9-10). Tapi untuk menjadi manusia yang taat dia tidak berselibat, melainkan juga menikahi wanita, bahkan ia mengoleksi 1.000 istri yang terdiri dari 700 istri nikah resmi dan 300 gundik nikah sirri (1 Raja-raja 11:1-8).
2. Nabi Yakub, menjadi orang yang diberkati Tuhan, sukses berada dalam Kerajaan Sorga (Kerajaan Allah) bersama dengan Abraham, Ishak dan semua nabi Allah (Matius 8:11, Lukas 13:28), juga bukan karena berselibat. Yakub menikah bahkan berpoligami dengan empat istri: Lea, Rahel, Bilha dan Zilpa (Kejadian 29:16-32 sd 30:25).
3. Nabi Nuh sukses menjadi teladan umat, orang yang benar tak bercela dan shaleh di hadapan Tuhan (Kejadian 6:9), meski ia tidak berselibat. Nuh hidup menikah dan setelah berumur lima ratus tahun, ia dikaruniai empat orang anak yaitu: Sem, Ham dan Yafet (Kejadian 5:32).
4. Nabi Musa juga menikah menurunkan dua orang anak yaitu: Gersom dan Eliezer (I Tawarikh 23:14-15). Nabi Harun juga mencintai Eliseba dan menikahinya hingga melahirkan empat orang anak: Nadab, Abihu, Eleazar dan Itamar (Keluaran 6:22-23).
5. Paus pertama adalah Santo Petrus. Dialah peletak batu Tahta Suci Vatikan pertama, sehingga namanya diabadikan dalam nama Basilika Santo Petrus. Dalam Bibel ia disebut Simon Petrus, murid Yesus (Matius 10:2). Umat Katolik menyebut Petrus sebagai Paus pertama karena dalam Bibel, Yesus telah mendasarkan gerejanya kepada Petrus sebagai “batu karang” (Matius 16:18).
Selain itu, Yesus juga memberikan kepercayaan kepada Petrus sebagai wakil Yesus dan pimpinan atas seluruh kawanan yaitu gereja (Yohanes 21:15-17). Ternyata Paus pertama ini tidak hidup Selibat, melainkan menikah dan memiliki keturunan. Injil menyebutkan fakta bahwa Paus pertama ini memiliki seorang istri ketika Yesus menemuinya (Matius 19:27-29, Lukas 18:28-30).
Sambil Menolong Memurtadkan Korban Gempa
Wednesday, 04 November 2009 17:33 | Written by Jaka |
Kristologi
•
Oleh : A. AHMAD HIZBULLAH MAG
Para misionaris tidak bisa dipisahkan dari korban bencana dan musibah. Di mana ada bencana, di situ misionaris beraksi. Para korban bencana yang sedang dirundung duka, sangat memerlukan uluran bantuan untuk meringankan beban deritanya. Sementara para misionaris yang mengamalkan prinsip cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” (Matius 10:16), memiliki modal untuk memberikan bantuan sembari mengusung misi penginjilan kepada segala makhluk (Markus 16:15).
Kegigihan para misionaris dalam menjala aqidah umat Islam, bisa kita lihat dalam teori penginjilan yang diajarkan Dr HL Senduk dari Gereja Bethel: “Kita harus memimpin jiwa itu sehingga ia mengambuil keputusan. Ada waktu menabur dan ada waktu menuai. Setelah sudah kita menginjili, maka kita akan menuai... yakinkan dia bahwa sekarang dia bisa jadi anak Allah, jika ia suka terima Tuhan Yesus di dalam hidupnya. Jangan lepaskan jiwa itu sebelum saudara mengajak dia menerima Kristus, sehingga ia berkata: “Saya terima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatku.” (Penginjil yang Sukses, hal. 11).
Setelah diguncang gempa tektonik berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR), kaum muslimin di wilayah Sumatra Barat (Sumbar) menderita lahir-batin. Mereka sangat memerlukan bantuan dari pihak luar Sumbar. Meski pemerintah dan kaum muslimin sudah bahu-membahu meringankan beban ini, namun pihak misionaris tak mau ketinggalan. Mereka berduyun-duyun mendatangi Sumbar dengan bantuan materi di tangan kanan, dan segenggam misi salibis di tangan kiri.
Fakta gerakan kristenisasi terhadap korban gempa Sumbar ini, sebagian telah dilaporkan muslimdaily.net (28/10/2009), antara lain terjadi di daerah Korong Koto Tinggi, Kenagarian Gunung Padang Alai, Kecamatan Koto Timur, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Koto Tinggi terletak di kawasan pegunungan dan perbukitan yang cukup berat diakses dari darat mengingat lalu lintas jalan terputus total. Bangunan-bangunan yang ada hampir semua rubuh dan rusak parah.
Menurut keterangan warga setempat, upaya pemurtadan ini tidak dilakukan secara terang-terangan, tapi secara halus dan tersembunyi, oleh sebuah LSM Samaritan yang mendapat bantuan dari Amerika Serikat. Modus pemurtadan LSM Samaritan adalah indoktrinasi berkedok terapi mental terhadap anak-anak korban gempa. Di kamp pengungsian, anak-anak itu tidak hanya diterapi mental, tapi juga didoktrin dengan ajaran kekristenan. Seorang warga, sebut saja Asril, menirukan trik-trik indoktrinasi relawan sbb:
“Siapa tuhanmu?” tanya sang relawan.
“Alloh SWT,” jawab anak-anak itu.
“Bukan Alloh SWT, tetapi Allah,” kata sang relawan. Ia tidak mau anak-anak itu menyebut Alloh (sesuai dengan aksen lafzhul jalalah yang benar), dan merubah dengan Allah (yang dibaca “alah” seperti tradisi umat Kristiani.
“Kalian tahu Isa? Siapakah beliau?” tanya sang relawan lagi.
“Isa adalah Rasul utusan Allah,” jawab anak-anak.
“Bukan, Isa adalah Anak Allah yang suci,” tukas sang relawan.
Demikian cuplikan terapi mental yang disampaikan kepada anak-anak Muslim di kamp pengungsian. Terapi mental ini sama sekali tidak efektif untuk memulihkan mental-spiritual anak-anak korban gempa, justru menambah beban mental anak-anak itu.
Sementara mental mereka belum pulih dari kesedihan, putus asa dan trauma, malah diberi beban mental baru oleh para misionaris untuk mempercayai doktrin yang bertolak belakang dengan keyakinan Islam yang mereka imani.
Modus pemurtadan lainnya adalah iming-iming bantuan logistik selama tiga tahun penuh dengan kehadiran 5 helikopter setiap hari non stop, minimal 2 helikopter kepada warga setempat. Tentunya, tawaran ini sungguh sangat menggiurkan di tengah badai musibah gempa.
Sayangnya, kata warga, persyaratan yang diajukan LSM itu terlalu berat: warga harus berganti agama Kristen, wajib menghadiri acara-acara kerohanian Kristen, dilarang lagi pergi ke masjid dan menghadiri acara-acara keislaman. Warga pun menolak proposal bantuan LSM ini dengan alasan keimanan. Warga mau menerima bantuan itu jika diberikan secara tulus dan cuma-cuma tanpa ada embel-embel keharusan pindah iman. Ratusan warga sepakat menandatangani nota bersama untuk mengusir paksa LSM itu karena dianggap memaksakan keyakinan dan melanggar hukum.
Penyebaran Kristen berkedok bantuan kemanusiaan itu bukanlah membantu orang susah, tapi malah membuat suasana semakin resah. Seharusnya para misionaris bisa membedakan antara bantuan tulus dengan misi akal bulus. Bantulah sesama manusia setulus hati, sesuai wasiat Yesus: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Markus 12:31). Misi kemanusiaan di Sumbar adalah keterpujian, tapi jika disusupi dengan misi pengkristenan, maka itu adalah pelanggaran terhadap amanat Yesus: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel” (Matius 10:5-6).
Upaya pemurtadan atas korban gempa sumbar bukan isapan jempol, urang awak harus waspada. Cukuplah penderitaan gempa itu, jangan ditambah dengan bencana kemurtadan. Waspadai misi salibis dan seluruh iming-imingnya. Dalam petuah Minang, misi kristenisasi dengan iming-iming materi itu disebut “muncuang disuoki jo pisang ikua dikaik jo duri.” Lahiriahnya tampak menolong, padahal sebenarnya menodong.
Kaum Muslimin harus membuktikan ukhuwahnya. Bila umat Islam enggan membantu saudaranya yang tertimpa musibah, berarti mereka telah memuluskan orang di luar Islam untuk datang membantu sambil menyebarkan misi agamanya. Bantulah sesama muslim yang tertimpa musibah dengan sekuat tenaga dan kemampuan. Karena kekuatan umat Islam ada pada kebersamaan, saling sedekah, saling meringankan beban orang lain. Kata orang tua, setiap orang wajib melindungi negerinya. Adat banagari mamaga nagari.
Yesus itu Anak Allah ataukah Allah Anak?
Misionaris Samaritan ingin menjebol akidah anak-anak korban gempa Sumbar yang sudah mapan. Meski iman kepada Isa alaihissalam sebagai Nabi utusan Allah adalah akidah yang shahih, tapi para misionaris ingin menukarnya dengan keyakinan batil bahwa Isa adalah Anak Allah.
Doktrin bahwa Yesus adalah Anak Allah ini mengacu kepada pernyataan Iman Rasuli: “Aku percaya kepada Allah Bapa... dan kepada Yesus Kristus, Anak-Nya yang tunggal.”
Dalam dogmatika tentang Kristus (Kristologi), oknum Yesus diyakini memiliki fungsional sebagai anak Allah yang tunggal sekaligus Allah Anak yang menjadi satu dengan manusia. Dr R Soedarmo dalam “Ikhtisar Dogmatika” menjelaskan: “Allah Anak menjadi satu dengan manusia. Dengan demikian Kitab Suci menyatakan bahwa Anak Allah menjadi satu dengan manusia.” (hlm. 163).
Dalam kacamata Al-Qur’an, Nabi Isa bukanlah anak Tuhan, baik secara biologis maupun secara rohani. “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia...” (Qs Maryam 35). “Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak” (Qs Maryam 92).
Sedangkan dalam kacamata Alkitab (Bibel), keyakinan terhadap Yesus sebagai Anak Allah agaknya bisa dimaklumi karena istilah “anak Allah” memang banyak disebutkan dalam Alkitab. Namun perlu diketahui bahwa istilah ini harus dipahami secara kontekstual, bukan secara biologis. Sebab menurut Alkitab, pengertian “anak Allah” adalah predikat keshalehan, antara lain: semua orang yang dipimpin oleh roh Allah disebut anak Allah (Roma 8:14); semua orang yang membawa perdamaian disebut sebagai anak Allah (Matius 5:9); orang yang mengasihi dan berbuat baik kepada musuh juga disebut sebagai anak Allah (Lukas 6:35). Kenyataannya, sebutan anak Allah dalam Alkitab itu bukan monopoli Yesus saja. Banyak sekali orang yang disebut anak Allah dalam Bibel, di antaranya: Nabi Adam (Lukas 3:38), Israel (Keluaran 4:22), Efraim (Yeremia 31:9), dll.
Problem teologi justru akan muncul jika Yesus diyakini sebagai Allah Anak, karena istilah “Allah Anak” sama sekali tidak pernah disebutkan dalam kitab suci, baik Al-Qur’an maupun Bibel. Istilah “Allah Anak” hanya bisa dijumpai dalam pernyataan doktrin Trinitas. Meyakini Yesus sebagai Allah Anak adalah keanehan, karena tidak didukung satu ayat pun dalam kitab suci. Lebih membingungkan lagi adalah keyakinan bahwa Anak Allah sama dengan Allah Anak. Sebab menyamakan istilah “Anak Allah” dengan “Allah Anak” sama anehnya dengan orang yang menyamakan antara “Anak Dokter” dengan “Dokter Anak.” [www.ahmad-hizbullah.co.cc]
Gerakan Misionaris Membonceng Kolonialisme, Kapitalisme, Berikutnya Apa?
Thursday, 05 November 2009 14:18 | Written by Ahmad Fahmi |
Kristologi
•
Peringatan Allah SWT di Surah Al Baqarah [02]:120 tentunya sudah tidak diperdebatkan lagi. Bahwa kedua musuh Islam yang disebutkan di sana (Kristen dan Yahudi) akan selalu memusuhi, memerangi umat Islam hingga muslim mengikuti, tunduk kepada mereka dan upaya mereka ini tidak akan berhenti hingga akhir zaman.
Perang Salib adalah bentuk pertama atau setidaknya upaya terbesar pertama orang Kristen memerangi umat Islam, sepeninggal Rasulullah SAW. Dengan semboyan "Deus Le Volt" pada 1096, Paus Urbanus II memprovokasi 300.000 orang Kristen untuk berangkat merebut Yerussalem.
Berikut seruannya: "Negeri kalian telah padat penduduknya, dan dari semua sisi tertutup laut dan pegunungan. Tak banyak kekayaan disini, dan tanahnya jarang membuahkan hasil pangan yang cukup buat kalian. Itulah sebabnya kalian sering bertikai sendiri..... Bergegaslah menuju Makam Kudus, rebutlah kembali negeri itu dari orang-orang jahat, dan jadikan milik kalian. Negeri itu, seperti dikatakan di dalam AlKitab, berlimpah susu dan madu, Allah memberikannya kepada anak-anak Bani Israel. Yerussalem, negeri terbaik, lebih subur daripada lainnya seolah-olah sorga kedua. .... Bergegaslah, dan kalian akan memperoleh penebusan dosa, serta pahala di Kerajaan Surga."
Kolonialisme
Riwayat Kristenisasi di Indonesia dimulai dengan datangnya para kolonialis. Spanyol, Portugis, Belanda, dan kemudian Inggris. Selama lebih dari tiga abad Indonesia sebagai negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia sekaligus memiliki kekayaan alam yang melimpah berada di bawah penjajahan. Motif yang dibawa oleh para Imperium ini adalah gold, glory dan gospel. Kekayaan, penguasaan dan penyebaran ideologi.
Kolonialisme berusaha mengembangkan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya dengan tujuan mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut.
Kapitalisme
Setelah Konferensi Asia-Afrika tahun 1955, negara-negara bekas jajahan di wilayah Asia Afrika menegaskan diri untuk bebas dari penjajahan, diskriminasi, penindasan, kemiskinan, dan perbudakan. Dan diamini bahwa saat itu adalah tonggak di mana imperialisme (penjajahan) sudah berakhir. Namun tidak disadari bahwa bentuk Imperialisme telah berubah ke wajah baru yakni Kapitalisme.
Sistem ini hanya berpihak pada pemilik modal. Mereka sah melakukan usaha apapun untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dan pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama. Inilah prinsip-prinsip yang dianut dalam sistem Kapitalisme.
Pemilik modal menjadi dewa, sedangkan produsen justru menjadi sapi perah yang ditindas dan dihisap oleh kapitalis. Negara adalah pelayan kaum kapitalis. Negara harus membuat undang-undang untuk melindungi kepemilikikan kapital kaum kapitalis. Juga negara harus melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan menguntungkan kaum kapitalis.
Hasil dari Kapitalisme adalah terciptanya kesenjangan yang luar biasa. Rudolf H. Strahm (1980) menulis, negara-negara industri dengan penduduk hanya 26% dari jumlah penduduk dunia telah menguasai lebih 78% produksi dunia, 81% perdagangan dunia, 70% pupuk, dan 87% persenjataan dunia. Sedang 74% penduduk (di Asia, Afrika, dan Amerika Latin) hanya menikmati sisanya, yakni seperlima produksi dan kekayaan dunia.
Contoh ExxonMobil, pada tahun 2007 memperoleh keuntungan sebesar 40,6 milyar dolar AS, nilai penjualan ExxonMobil mencapai 404 milyar dolar AS. Ini melebihi Gross Domestic Product (GDP) dari 120 negara di dunia. Kita harus memberikan catatan tegas, negara kapitalis dengan perusahaan multinasionalnya memang sejahtera, namun mereka memiskinkan negara berkembang.
Strategi Kristenisasi
Pak, peneliti Cina dalam bukunya yang berjudul China and The West mengutip ucapan Napoleon sebagai berikut,
"Delegasi misionaris agama bisa memberikan keuntungan buatku di Asia, Afrika, dan Amerika karena aku akan memaksa mereka untuk memberikan informasi tentang semua negara yang telah mereka kunjungi. Kemuliaan pakaian mereka tidak saja melindungi mereka, bahkan juga memberi mereka kesempatan untuk menjadi mata-mataku di bidang politik dan perdagangan tanpa sepengetahuan rakyat."
Dalam masa kolonialisme, para misionarislah yang dijadikan pembuka jalan bagi imperialis dengan menghancurkan moral penduduk pribumi. Kemudian dengan aksi kristenisasinya mereka mengubah aqidah muslim sehingga mempunyai aqidah seperti mereka. Mereka melakukan pemurtadan terhadap umat Islam di Indonesia yang mereka istilahkan sebagai 'penuaian jiwa'.
Sementara pemerintahan imperialis melindungi aktivitas misionaris agar penyebaran millah mereka terus berjalan. Setelah itu apapun yang dilakukan para pedagang dan pengeruk harta, perampok kekayaan alam ini menjadi benar dan tidak mendapatkan perlawanan.
Dengan berjalannya waktu, perkembangan pendidikan, pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat makin cerdas. Maka strategi 'penuaian jiwa' menjadi kurang ampuh, mengingat ajaran Kristen sendiri memiliki kelemahan internal sehingga orang yang berakal sehat tidak akan sudi secara sadar memeluknya.
Oleh karena itu, strategi kedua dianggap lebih realistis dan efektif, yaitu mengeluarkan orang Islam dari agamanya atau menjauhkannya dari ajaran Islam. Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan,
"Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslim sebagai seorang Kristen... Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu."
Semua isme/ideologi di Barat masuk seiring bentuk imperialisme baru yakni kapitalisme. Sekularisme, liberalisme, pluralisme, feminisme, nasionalisme, dll tumbuh subur dalam sistem kapitalisme yang kesemuanya mempunyai satu tujuan, menciptakan generasi muslim yang tidak lagi memiliki Islam di hatinya. Dan generasi inilah yang kita dapati di mall-mall atau tempat-tempat hiburan di kota-kota, generasi yang disebut lebih barat ketimbang orang barat, lebih Amrik ketimbang orang Amerika.
Mengapa misionaris mau bekerjasama dengan imperialis?
Jika di era kolonialisme para misionaris membonceng dengan pembagian tugas sebagai pembuka lahan bagi masuknya para imperialis. Maka di era kapitalis para misionaris menggunakan fasilitas-fasilitas kapitalisme yang berprinsip membolehkan cara apapun untuk mencapai keuntungan sebesar-besarnya sehingga mencampakkan segala norma. Maka tumbuh suburlah benih-benih isme yang diciptakan untuk menjauhkan muslim dari aqidah Islam.
Kapitalis dan misionaris bersimbiosis mutualisme untuk menguasai dunia Islam. Negara-negara Barat dan perusahaan-perusahaan multinasionalnya menanamkan modal yang sangat besar pada yayasan-yayasan misionaris. Di tahun 1970 saja, aktivitas misionaris telah menghabiskan 70 miliar dolar (David Waren, penanggungjawab Ensiklopedia Dunia Kristen). Menurutnya, kurang dari dua dekade jumlah ini telah mencapai hampir dua kali lipatnya dan akan terus meningkat.
Muhammad Imarah mencatat, pada 1991, Organisasi Misionaris Dunia memiliki 120.880 lembaga khusus untuk kegiatan Kristenisasi di kalangan Islam; 99.200 lembaga pendidikan untuk mencetak kader penginjil; 4.208.250 tenaga profesional; 82 juta komputer; 24.000 majalah; 2.340 stasiun pemancar radio dan televisi; 10.677 sekolah dengan jumlah 9 juta siswa; 10.600 rumah sakit; 680 panti jompo; 10.050 apotik; anggaran kegiatan kristenisasi sebesar 163 miliar dolar. Dan sekarang pastinya lebih dari itu.
Kapitalisme diujung maut
Pada hakikatnya, kolonialisme merupakan bentuk penjajahan/imperialisme secara fisik. Sedangkan Kapitalisme adalah penjajahan secara non fisik. Perubahan sistem penjajahan dari kolonialisme menjadi kapitalisme semata-mata juga karena hitungan materi.
Pemenang hadiah nobel Joseph E. Stiglitz, juga mengkhawatirkan AS akan terpuruk pada depresi hebat. Dan ia pun mengingatkan negara-negara peniru sistem kapitalisme AS, untuk bersiap-siap hancur. "Upaya penyelamatan Bush berupa kucuran dana US$ 700 milyar dan nasionalisasi sejumlah bank adalah tanda kematian sistem kapitalisme ala AS," ujarnya.
Aksi Boikot yang menyebar ke seluruh penjuru dunia bisa jadi merupakan pemicu gerakan yang menyebabkan runtuhnya kapitalisme secara global. Mesin uang zionis ini sekarang berada diujung maut. Namun perlu diingat, matinya kapitalisme bukan berarti matinya kristenisasi atau gerakan misionaris.
Gerakan ini tetap akan ada dengan membonceng pada kendaraan berikutnya. Maka, hendaknya muslim mengenali musuh sesungguhnya, seperti peringatan Allah SWT dalam Al Baqarah [02]:120, musuh umat Islam bukanlah isme/sistem namun siapa pembuat isme/sistem tersebut.
Tuhan Maha Jahat dan Penipu?
Monday, 07 March 2011 14:24 | Written by Shodiq Ramadhan |
Kristologi
•
Jawaban untuk Pendeta Antonius Richmon Bawengan (1)
Kasus kerusuhan Temanggung pada Senin, 8 Februari 2011 lalu dipicu oleh buku hujatan Islam dalam buku “Ya Tuhanku, Tertipu Aku!” yang disebarkan Pendeta Antonius Richmon Bawengan kepada warga Muslim Temanggung. Buku bersampul hijau setebal 60 halaman ini penuh dengan hujatan terhadap Islam. Dalam buku yang tidak mencantumkan nama penulis dan penerbit ini, digelar ratusan hujatan Islam yang dibagi dalam 21 poin.
Selanjutnya pada sub judul “Mohon Ditunjuki Jalan Yang Lurus,” Pendeta Richmon melecehkan Allah sebagai Tuhan yang jahat dan menipu umat Islam ke neraka. Berikut kutipannya:
“Penganut Agama Arabi mentaati ketentuan untuk menyembah Allah, antara lain dalam bentuk shalat 5 waktu, yang berlangsung 17 rekaat setiap hari. Dalam setiap rekaat shalatnya, umat Muhammad umumnya melafazkan Al-Fatihah, yang berisi antara lain: “…Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah anugerahkan nikmat kepada mereka…”
17 kali sehari kalimat permohonan itu diucapkan oleh muslim yang takwa. Hari ini belum dikabulkan, besok memohon lagi. Tidak dikabulkan, lanjut dengan permohonan di hari berikutnya. 6100 kali dimohonkan dalam setahun, tidak terkabul juga.
Fakta menunjukkan bahwa sampai hari ini, sesudah 15 abad agama Islam berkembang, permohonan tentang Jalan yang lurus itu berlanjut terus. Berarti Allah belum/tidak mengabulkannya. Begitu jahatnya Allah?
Oleh Allah, sesembahan muslim, umat muslim diperlakukan serupa dengan onta yang dibodohi oleh manusia cerdas.... Umat muslim yang takwa berharap terus, hari lepas hari bermohon, dan berharap, agar beroleh Jalan Lurus ke Surga. Dengan rajin beribadah, shalat 5 waktu, berharap ditunjuki Jalan Lurus. Sampai di ujung jalan-hidupnya tidak diperolehnya. Apa artinya keadaan itu?
Neraka! Mereka yang belum beroleh Jalan Lurus, berarti tidak berjalan lurus ke Surga, setelah ajal pasti ke Neraka.
Terus terang, kami, Kaum Injili merasa kasihan kepada Saudara-saudara umat muslim, tetapi geram terhadap Allah, yang begitu JAHAT, menipu ratusan juta manusia.” (hlm 2-3).
Rusak betul logika Pendeta Richmon ini. Hanya dengan fakta bahwa umat Islam selalu membaca doa “ihdinash shiraathal mustaqiim” (tunjukilah kami jalan yang lurus) dalam shalat, sekonyong-konyong disimpulkan bahwa umat Islam masih belum mendapat petunjuk dari Tuhan. Lalu dituduhkan bahwa Tuhannya umat Islam jahat dan penipu karena sudah 15 abad, umat Islam belum diberi jalan yang lurus sehingga harus meminta jalan yang lurus minimal 17 kali sehari atau 6100 kali setahun.
Salah besar! Tidak benar tuduhan Pendeta Richmon bahwa umat Islam seperti onta bodoh yang belum berada di jalan yang lurus sehingga terus meminta dalam shalat.
Shiraathal mustaqiim adalah jalan lurus Islam yang jelas tidak berliku-liku, yaitu mengikuti tuntunan Allah dan Rasulullah SAW. Umat Islam sudah berada di jalan yang benar/lurus karena meneladani Nabi Muhammad SAW. Allah menyebut Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu di antara para nabi yang berada di jalan yang lurus:
“Sesungguhnya kamu (Muhammad) salah seorang dari rasul-rasul di jalan yang lurus” (Qs Yasin 3-4, baca juga: Al-Hajj 67).
Tak ada cara lain bagi orang yang ingin selamat di jalan yang lurus, kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Siapapun yang berpaling dari ajaran Rasulullah maka ia menyimpang dari jalan yang lurus (Al-Mu‘minun 73-74, Al-An’am 153).
Di jalan yang lurus ini, Nabi Muhammad berada satu corp dengan para nabi sebelumnya, antara lain Nabi Ibrahim (An-Nahl 120-121); Nabi Musa dan Harun (As-Shaffat 118); Nabi Ishaq, Yakub, Nuh, Daud, Sulaiman, Ayub, Yusuf, Musa, Harun, Zakariya, Yahya, Ilyas, Ismail, Ilyasa’, Yunus, Luth AS (Al-An’am 84-87), dll. Karena agama para Nabi Allah itu sama yaitu Dinul Islam, satu-satunya agama yang diridhai Allah (Ali Imran 19).
Konsekuensinya, siapapun orang yang mencari agama lain selain Islam, maka pasti tidak akan diterima oleh Allah SWT (Ali Imran 85). Karena Allah telah menjamin bahwa ajaran Islam telah sempurna (Al-Ma’idah 3).
Sebagai agama yang sempurna dan diridhai, Islam memiliki beberapa keunggulan, antara lain: bersifat komprehensif (Al-An’am 38), universal (Al-A’raf 158), sesuai dengan fitrah manusia (Ar-Rum 30), menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta (Al-Anbiya’ 107), dan adil. Dengan keadilannya, Islam menyatakan sorga bagi yang beriman dan azab neraka bagi yang kufur (Al-Bayyinah 6-8). Setiap manusia bertanggung jawab atas amalnya masing-masing, dosa manusia tidak bisa dipikul maupun diwariskan kepada orang lain (An Najm 38-39, Al-An’am 164, Al-Isra’ 15, Luqman 33, Yasin 54, At-Thur 21, Al-Baqarah 123 & 286,).
Jelaslah bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang lurus dan diridhai Allah sepanjang zaman.
Al-Qur'an surat Al-A’raf 16 menyebutkan tekad iblis untuk menyesatkan manusia dari jalan yang lurus. Maka Pendeta Richmon wajib pensiun jadi misionaris yang menghalang-halangi manusia dari jalan yang lurus. Bila tidak, Richmon tak ubahnya iblis berwajah pendeta!!
A. Ahmad Hizbullah MAG
[www.ahmad-hizbullah.com]
(BOX)
Islam Jalan LURUS, Kristen jalan yang SESAT!!
Pendeta Richmon menipu umat Islam dengan ajaran “shirathal mustaqiim” (jalan yang lurus) yang keliru. Padahal Al-Qur'an telah menjelaskan bahwa jalan yang lurus yang dimaksud surat Al-Fatihah ayat 6 dalam ayat berikutnya: “Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat” (Al-Fatihah 7). Menurut ayat ini, kriteria jalan yang lurus itu ada dua, yaitu:
1. Jalannya orang-orang yang telah mendapat nikmat dan ridha Allah, yaitu: para nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin karena mereka adalah orang-orang yang selalu taat dan istiqamah dalam beribadah.
Pengertian ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa’ 69.
2. Jalan yang lurus itu kontradiktif dengan jalan orang yang dimurkai Allah dan jalan orang yang sesat. Golongan ‘Al-Magdhub alaihim’ (orang yang dimurkai Allah) adalah umat Yahudi, kaum yang mengetahui kebenaran akan tetapi enggan mengamalkannya (Al Ma’idah 60).
Sedangkan golongan ‘Adh-dholliin’ (orang-orang yang sesat) adalah umat Nasrani, kaum yang bersemangat untuk beramal ibadah tapi tidak didasari ilmu (Al-Ma’idah 77).
Pendeta Richmon melecehkan Islam sebagai agama sesat yang belum lurus. Menurutnya, jika Islam adalah agama yang lurus, mengapa umat Islam masih berdoa minta ditunjuki kami jalan yang lurus dalam shalat?
Ini adalah pertanyaan klasik yang sudah ketinggalan zaman. Perlu diketahui, bahwa orang yang berdoa “tunjukilah kami jalan yang lurus” itu bukan berarti sedang berada di jalan yang sesat sehingga minta ditunjuki jalan yang lurus.
Doa ini bermakna: Tunjukilah, bimbinglah dan berikanlah taufik kepada kami untuk meniti shirathal mustaqiim (jalan yang lurus) yaitu Islam. Maksudnya, mohon agar Allah mengaruniakan keteguhan dalam memahami dan mengamalkan agama Islam, dan mohon agar dijauhkan dari jalan golongan yang sesat dan dimurkai.
Doa ini selalu diulang-ulang dalam shalat, karena setiap manusia selalu membutuhkan hidayah pada segala kesempatan, baik malam maupun siang hari. Manusia beriman selalu butuh hidayah untuk tetap teguh di jalan yang lurus, karena hati manusia berbolak-balik yang bisa dipengaruhi oleh lingkungan. Apalagi, di nusantara ini para penginjil berkeliaran mencari mangsa untuk dimurtadkan dengan segala cara, termasuk cara-cara licik dan bengis.
Kesesatan Pendeta Richmon dalam memahami doa dalam surat Al-Fatihah itu terjadi karena logika teologinya sudah korslet. Karena berdoa minta ditujuki jalan yang lurus, maka dengan ceroboh disimpulkan bahwa umat Islam berada dalam kesesatan karena ditipu oleh Allah. Na’udzubillah min dzalik!
Jika diterapkan dalam kekristenan, maka logika rusak Pendeta Richmon bisa melahirkan teologi jauh lebih rusak yang berisi penghinaan kepada Tuhan dalam Bibel.
Misalnya, dalam Injil Matius 6:9 dan Lukas 11:2 Yesus memanjatkan Doa Bapa Kami: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu.” Bila logika teologi Pendeta Richmon diterapkan, maka ayat ini harus dipahami bahwa Tuhan tidak Maha Suci, sehingga harus didoakan umatnya. Apakah Tuhannya Yesus tidak Mahakudus?
Dalam Injil Matius 6:11 Yesus berdoa: “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Berdasarkan logika Pendeta Richmon, maka ayat ini wajib disimpulkan bahwa seumur hidupnya Yesus dan para muridnya selalu hidup dalam kelaparan (Jawa: kaliren) sehingga harus berdoa minta makan kepada Tuhan tiap pagi.
Dalam Injil Matius 6:12 Yesus berdoa: “Ampunilah kami akan kesalahan kami.” Bila umat Kristen memakai logika Pendeta Richmon, maka ayat ini harus dipahami bahwa Yesus dan para muridnya adalah sekelompok pendosa sehingga harus berdoa minta ampun dari kesalahannya!
Betapa bejatnya logika teologi letterlijk itu. Maka Pendeta Richmon Bawengan dan para penginjil lainnya harus membuang logika teologi yang rusak bila ingin selamat dunia dan akhirat. Bukankah teologi rusak itu telah terbukti melahirkan kerusuhan umat beragama di Temanggung? []
http://www.suara-islam.com/news/kajian-dan-dakwah/kristologi/2085-tuhan-maha-jahat-dan-penipu
Sejarah Kristenisasi di Indonesia
Posted by admin on March - 17 - 2011
Sejarah Kristenisasi di Indonesia
Pada tahun 1521, lima kapal Portugis dengan tiga ratus anak buah datang ke Maluku untuk mendirikan benteng. Misi Katolik yang didirikan oleh orang-orang Portugal pada tahun 1522 telah berhasil, tetapi kemudian penyiarannya terhambat karena mendapat banyak perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Ternate dan Sultan Tidore. Pada tahun 1568 Kristen mulai disiarkan di Minahasa dan sangir Talaud, hingga akhir abad ke-16 mereka sudah mempunyai gereja di daerah-daerah tersebut.
Kedatangan kapal-kapal dagang Belanda pada abad 17 yang terorganisir dalam VOC (Verenidge Oostindische Compagnie) menjadikan penyiaran Kristen lebih berhasil, karena pada saat itu penduduk muslim jumlahnya masih sedikit dan dakwah Islam belum menyebar secara luas. Banyak gereja berdiri di wilayah-wilayah yang di duduki VOC, seperti Ambon, Bandaneira, Kepulauan Laut Arafuru, Banda, Maluku Utara, Minahasa dan Sangir Talaud. Tempat konsolidasi Kristen pada abad 17 berada di Timor, Nusa Tennggara dan daerah sekitar Jakarta. Namun konsolidasi Kristen itu mendapat hambatan dikarenakan hal itu mempersulit pendidikan pemimpin gereja dari kalangan pribumi. Selain orang Eropa sangat sulit mendapatkan tempat, sebab kriteria yang diajukan bagi seorang pendeta agaknya hanya ditetapkan menurut ukuran Belanda (Kruger dalam Bakry, 1979)
Ada dua factor yang menyebabkan penyiaran Kristen di masa kolonial Belanda menjadi lebih efektif, baik dalam arti konsolidasi antar pengikut Kristen maupun dalam arti zending dan misi. Dua faktor tersebut adalah:
1. Munculnya gerakan Protestan di Eropa dibawah pemerintah Belanda yang telah resmi menganut gereja Protestan.
1. Munculnya Lembaga Penyiaran Kristen yang terorganisir dengan baik. Lembaga-lembaga penyiaran Kristen yang telah muncul di Indonesia pada saat itu antara lain adalah :
- Balai Al Kitab Indonesia, didirikan di Jakarta pada tahun 1814
- Perkumpulan Pembantu Pekabaran Injil, didirikan di Jakarta pada tahun 1815
- Perkumpulan Pembantu Pekabaran Injil di Ambon, didirikan pada tahun 1821
- Perkumpulan Pembantu Pekabaran Injil di Timor, didirikan pada tahun 1823
- Perkumpulan Pembantu Pekabaran Injil di Surabaya, didirikan pada tahun 1815
- Perkumpulan untuk Pekabaran Injil di Dalam dan Luar Gereja, didirikan di Jakarta pada tahun 1851.
Setelah tahun 1800 para misionaris berhasil mendapat pengikut di beberapa wilayah, seperti Tapanuli Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Kepulauan Nias, Mentawai, Enggano dan Pulau Jawa. Di wilayah-wilayah tersebut terdapat penduduk yang menganut agama Kristen, terutama Protestan.
Kemenangan VOC atas Spanyol dan Portugis di Indonesia menyebabkan terhentinya penyebaran agama Kristen Roma Katolik, karena bangsa Spanyol dan Portugis menganut agama Kriosten Roma Katolik sedangkan Belanda menganut agama Protestan. Belanda mengusir mereka dan melarang penyebaran agama Katolik, kemudian menjadikan Protestan sebagai gantinya. Tujuan orang-orang Belanda itu ingin melenyapkan agama Katolik, baik di negeri Belanda sendiri maupun di daerah jajahannya (Embuiru dalam Bakry, 1979). Meski kondisinya demikian, tetap masih ada pengikut Katolik dan mereka memiliki imam Katolik yang secara diam-diam saling tolong menolong.
Jika dalam suatu negeri terdapat misi Katolik, maka segala usaha misi diatur langsung oleh pusat misi di Roma yang bernama Congregatio de Propaganda Fide (Komisi untuk menyiarkan Iman). Langkah yang ditempuh pertama kali ketika mereka memasuki daerah baru adalah mendirikanprefektur-Apostolis, dipimpin oleh seorang Padri yang disebut Prefek-Apostolis. Apabila usaha misi telah berkembang dengan baik, makaPrefektur tersebut ditetapkan menjadi vikariat-Apostolis. Pada tahun 1826 organisasi tersebut pernah berlaku di Indonesia ketika Paus menetapkanPrefektur-Apostolis pertama di sana. Persengkataan antara pemerintah Belanda dengan gereja Roma Katolik berakhir pada tahun 1847, ketika gereja Roma Katolik diakui berdaulat. Setelah itu, Kristen Katolik dan Protestan semakin berkembang di Indonesia (Bakry, 1979)
Salah satu tempat di daerah Jawa Barat yang menjadi pusat penyebaran Kristen adalah Kampung Sawah, desa ini terletak di tapal batas Jakarta-Jawa Barat Kampung Sawah, Pondok Melati-Jati Sampurna, Bekasi.
Dari beberapa sumber didapat keterangan bahwa Kampung Sawah zaman dulu adalah “daerah pembuangan”. Di sanalah buronan kriminal menyembunyikan diri. Itu terjadi pada masa V.O.C. (Veitangde Oast Inttische Compagnie), (1602-1799). ( Sabili:Mei 2004, wawancara KH. Rahmadin )
Komunitas Kristen Kampung Sawah bermula dari kelompok Modjowarno yang datang dari Jawa dan pindah ke Jawa Barat terdapat kakek dari Bapa Dradjat Madjan, pendeta jemaat Gereja Pasundan Kampung Sawah pada akhir abad ke-20; sang kakek belum dibaptis ketika datang ke kampong ini; ia ikut sebagai simpatisan. Di antara kelompok Bondo terdapat Bapa Beny Kidirnan, cucu dari Kyai Ibrahim Tunggal Wulung, yang kemudian men¬jadi seorang aktivis Gereja Katolik di Kampung Sawah. Maka selanjutnya di Kampung Sawah mulai terbentuk sebuah kornunitas Kristen yang bersifat unik. Kelompok pendatang yang masih berbahasa Jawa mesti menyesuaikan diri dengan situasi baru yang serba sulit; menyesuaikan diri juga dengan kelompok Beta¬wi yang berbahasa Melayu dan terdiri atas gado-gado pelbagai kebudayaan dan keturunan.
REFERENSI:
Bakry, Prof. Drs. H. Hasbullah. 1997. Suatu Perbandingan Mengenai Penyiaran Kristen dan Islam. Jakarta : Bulan Bintang.
Dakwah, Majalah Media. 1991. Fakta dan Data Usaha-usaha Kristenisasi di Indonesia. Jakarta : Majalah Media Dakwah.
Shalih, Dr. Sa’duddin As Sayyid. 1999. Jaringan Konspirasi Menentang Islam (terjemahan). Yogyakarta : Wihdah Press.
TIM FAKTA. 2006. Senjata Menghadapi Pemurtadan Berkedok Islam. Jakarta : Pustaka Al Kautsar.
Kastor, Rustam. 2000. Fakta, Data dan Analisa Konspirasi Politik RMS dan Kristen Menghancurkan umat Islam di Ambon-Maluku. Yogyakarta : Wihdah Press
________________________________________
[1] Bakry, Prof. Drs. H. Hasbullah. 1997. Suatu Perbandingan Mengenai Penyiaran Kristen dan islam. Jakarta : Bulan Bintang.
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2010/06/22/kristenisasi-dan-sejarahnya-di-kampung-sawah/
http://yayasanbaitulmaqdis.com/491/
Pengertian Kristenisasi dan Sejarahnya
Posted by admin on March - 17 - 2011
Pengertian Kristenisasi
Kristenisasi adalah usaha mengajak masyarakat untuk masuk agama Kristen, baik dengan cara terang-terangan maupun dengan cara terselubung (Shalih, 1999). Sedangkan Al Barry (1994:380), Kristenisasi adalah pengkristenan (orang-orang) atau gerakan untuk mengkristenkan umat manusia. Sementara Samuel Zwemmer (Ketua Asosiasi Agen Yahudi), kristenisasi adalah upaya pengkristenan pemeluk suatu agama (dalam hal ini umat Islam) dengan cara penghancuran dan pembinaan. Cara penghancuran adalah mengeluarkan orang Islam dari agamanya, walaupun dia menjadi Atheis yang penting keluar dari Islam dan cara pembinaan adalah dengan membina dan memasukkan orang Islam ke dalam agama Kristen (Tim Fakta, 2002)
Dalam sejarah tercatat, kristenisasi adalah gerakan keagamaan yang bersifat politis kolonialis yang muncul akibat kegagalan perang salib sebagai upaya penyebaran agama Kristen ketengah-tengah bangsa di dunia ketiga, terutama di tengah-tengah umat Islam (WAMY, 2002). Sebenarnya agama Kristen hanyalah merupakan agama untuk bangsa Israel semata-semata, sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Isa ‘Alaihi Salam dalam sabdanya:
“Aku tiada dating, kecuali hanya untuk menyelamatkan domba-domba yang sesat di kalangan Bani Israel” (Injil Mathew Ashah 1 bilangan 6 dalam Shalih, 1999:47)
Kemudian Nabi Isa mengirim murid-muridnya untuk mengajak berbagai kelompok masyarakat pada zamannya dengan sabdanya:
“Janganlah kalian teruskan, dan jangan kalian masuk (kepada bangsa lain), tetapi pergilah untuk menyelamatkan domba-domba yang sesat dirumah Israel” (Injil Mathew Ashah 1 bilangan 6 dalam Shalih, 1999)
Sejarah Kristenisasi
Sejarah awal Kristenisasi dan Para Tokohnya
Pada awal abad pertama Masehi timbul sengketa di kalangan pengikut Isa Al Masih tentang apakah ajaran Yesus perlu disiarkan untuk selain Yahudi (Gentiles) atau hanya untuk bangsa Yahudi. Rasul-rasul resmi Yesus yakni Petrus dan kawan-kawan berpendapat bahwa ajaran Yesus hanya untuk bangsa Israel saja, tidak untuk selain Israel. Sedangkan Paulus seorang seorang Rasul Nasrani yang tidak pernah bertemu dengan Yesus berpendapat bahwa ajaran Yesus perlu disiarkan juga untuk selain Yahudi. Pendapat Paulus akhirnya menang, dan bukan itu saja bahkan Paulus dengan beraninya “menyalahi” ajaran Yesus dan lain-lainnya. Dimana pendapat itu hampir memenuhi seluruh perjanjian Baru[1] (Bakry, 1979)
Ketika Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mulai mendakwahkan Islam di tahun 612 Masehi agama Kristen ketika itu telah tersiar mantap di seluruh Eropa Selatan, Barat dan Timur, Asia Barat dan Afrika Utara. Dalam waktu yang relatif singkat Asia Barat dan Afrika Utara telah ditarik kepada Islam, sedangkan Kristen meluaskan siarannya ke Eropa Utara (Jerman dan Skandinavia). Akhirnya pertempuran tidak dapat dihindari terjadi yaitu di Sepanyol dan perang salib hingga tujuh kali pertempuran (Bakry, 1979). Perang salib pertama (1095-1100) terjadi di kota kecil Worms terletak antara kota Manheim dan Mainz di Jerman, disinilah terjadi pembantaian besar-besaran terhadap orang-orang Yahudi, yang dipimpin oleh pangeran Emich von Leiningen, kepada mereka pangeran Emich memberi dua opsi mati atau menjadi Kristen (Maulani, 2002) dalam perang salib tersebut kaum Kristen ingin merebut kota suci Jerusalem dari tangan kaum Muslimin, namun pada akhirnya mereka gagal dan peperangan dimenangkan oleh kaum Muslimin. Perang salib telah berlangsung selama 125 tahun, sejak tahun 1096 sampai berakhir tahun 1221 (Maulani, 2002)
Setelah Barat gagal menggunakan kekuatan bersenjata dalam menghancurkan kaum Muslimin, maka kemudian mereka mengubah strategi dan siasatnya melalui program kristenisasi. Program ini merupakan kelanjutan dari perang salib yang dipelopori oleh tokoh-tokoh Barat Kristen (Shalih, 1999) mereka itu antara lain :
1. Lois IX dari Perancis. Ia telah memimpin perang salib untuk menghancurkan kaum Muslimin, tetapi gagal dan bahkan dia sendiri tertawan dan mati terbunuh. Dalam masa tawanannya dia menyadari bahwa perlunya mengubah strategi untuk menghancurkan Islam. Ia menganjurkan adanya program kristenisasi dan mengusulkan kepada Paus Anusant IV agar mengadakan konggres kristenisasi yang kemudian diselenggarakan pertama kalinya pada tahun 1253 M.
2. Roger Bacon (1214-1293) M. dia menyerukan kepada Barat perlunya mempelajari bahasa Arab untuk melapangkan jalan bagi usaha kristenisasi di dunia Islam.
3. Raymond Lol (1235-1316M) termasuk salah satu tokoh Kristen yang getol menggalakkan program kristenisasi, maka ia dengan sungguh-sungguh telah mempelajari bahasa Arab secara mendalam dan menjelajah Negara-negara Islam (Shalih, 1990)
4. David Livingstone (1813-1873), seorang pelancong Inggris dan dia dikenal sebagai seorang penginjil
5. Samuel Zwemmer, Ketua misi Kristen untuk Negara-negara Arab di Bahrain dan ketua persekutuan Kristen di Timur Tengah. Ia termasuk salah satu tokoh misionaris senior di abad modern ini.
6. Louis Massignon, sebagai penasehat kristenisasi di Mesir (WAMY, 2003)
Kedustaan Pendeta
Posted by admin on March - 15 - 2011
Mengungkap Kebohongan Pendeta Yosua Muhammad Yasin
Jangan mudah percaya dengan kesaksian para pendeta atau penginjil yang mengaku mantan kiyai atau ustadz. Karena mimbar kesaksian rohani di gereja sering melahirkan para penginjil yang nekad dalam berdusta.
Contohnya adalah kesaksian Pendeta Yosua Muhammad Yasin dalam VCD kesaksian rohani kristiani bertajuk “Kesaksian Tiga Mantan Muslim.” Dalam ceramah kesaksian di Gereja Mawar Saron itu, pria paruh baya kelahiran Citayam Bogor ini mengumbar kesaksian yang fantastis. Ia mengaku sebagai mantan muslim garis keras yang dibesarkan di lingkungan pesantren.
“Nama saya Yosua Muhammad Yasin. Yosua adalah nama baptisan saya dibaptis di Gereja Tiberias pada tanggal 24 Mei 2000. Sedangkan Muhammad Yasin adalah nama kelahiran saya. Karena latar belakang daripada keluarga saya, ayah saya seorang kiyai, ibu saya seorang ustadzah, dan saya seorang ustadz, mantan guru agama Islam yang sekarang alhamdulillah jadi hamba Tuhan. Amin,” kata Yosua dalam VCD itu.
Pendeta yang mengaku alumnus fakultas dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengklaim memiliki pesantren dengan santri berjumlah lebih dari seratus orang. Konon, di pesantren ia mengajar Nahwu dan Sharaf tiap hari Minggu. Ia juga mengaku memiliki Madrasah Ibtidaiyah Hidayatul Atfal yang bernaung di bawah Departemen Agama. Selanjutnya, Pendeta Yosua menceritakan bahwa dirinya memiliki jam terbang yang tinggi sebagai ustadz, antara lain pernah diundang menyampaikan ceramah agama dalam peletakan batu pertama pesantren Tebu Ireng (Jombang-Jatim?).
Sebagai ustadz garis keras, aku Yosua, dirinya pernah membakar tiga gereja, setelah membakar gereja bersembunyi di Bandung karena takut ditangkap aparat keamanan. Aksi ini dilakukan karena ketika masih beragama Islam, ia sangat membenci orang Kristen. Karena ia dididik keras oleh orang tua di sekolah Ibtida’iyah (SD), Tsanawiyah (SMP), Aliyah (SMA) sampai dengan kuliah di perguruan tinggi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Inilah cuplikannya:
“Kenapa saya sangat membenci orang Kristen? Karena ada ayat Al-Qur’an yang menyatakan: Innaa dinnaa indallohi islam.“Agama yang paling sempurna yaitu agama Islam.”
Dulu saya sangat ingin mengislamkan pendeta. Saya datangi rumah pendeta satu persatu. Tujuh belas pendeta saya datangi satu persatu. Saya ingin mengislamkan pendeta dengan dalil Al-Qur’an “innaa dinnaa indallohi islam.
Ternyata tak satu orang pendeta pun yang masuk Islam. Padahal kalau mau mengislamkan pendeta saya punya amalan Asmaul Husna. Tapi para pendeta itu diamalin dengan Asmaul Husna kok gak mempan. Tidak berhasil.”
Sejak itu, Yosua sering mimpi melihat cahaya putih dengan suara “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Maka nas dalam mimpi itu dicarinya dalam Al-Qur’an tidak ketemu. Lalu ia shalat istikharah tiap jam 2 malam, tapi tidak dapat menemukan jawaban juga. Satu bulan kemudian, mimpinya terjawab ketika ia mendatangi gereja. Pada suatu minggu, usai mengimami shalat shubuh dan mengajar ngaji di pesantren, ia pergi ke gereja. Ia mendapat hadiah Alkitab (Bibel) dari seorang pendeta. Ternyata ayat yang ada dalam mimpinya itu adalah Injil Yohanes 14:6. Yosua pun masuk Kristen.
Pada menit ke-27 penginjil Yosua ingin meyakinkan jemaat gereja bahwa Al-Qur’an pun mengakui kewibawaan Alkitab (Bibel).
“Surat Ali Imran ayat 63 juz yang kedua puluh lima. “ya ayyuhalladina amanu id qola rosulullah sholllallohu alaihi wasallam kitabulloh. “Hai orang-orang yang beriman, pelajari Alkitab jika kamu ingin hidupmu dikaruniakan rahmat.” kata Yosua dengan suara berapi-api.
Anehnya, jemaat Gereja Mawar Sharon berulang kali memberikan aplaus ketika Pendeta Yosua menghina Islam. Mungkin mereka tak sadar kalau sedang dikibulin dengan kesaksian dusta yang sangat mencolok. Inilah beberapa kebohongannya antara lain sbb:
Pertama, beberapa kali Yosua melafalkan Al-Qur’an surat Ali Imran 19 secara salah: “Innaa dinnaa indallohi islam,” padahal yang benar adalah “Innad-diina ‘Indallohil-islaam.”Terjemahannya pun menyimpang jauh dari terjemah yang benar dan sah: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”
Dengan kesalahan baca, nahwu, sharaf dan penerjemahan yang sangat fatal seperti itu, lebih tepat bila disimpulkan bahwa Yosua adalah orang yang tidak tamat di Taman Pendidikan Al-Qur’an yang para santrinya adalah anak-anak TK.
Kedua, pengakuan Yosua bahwa dirinya pernah diundang menyampaikan ceramah agama dalam peletakan batu pertama pesantren Tebu Ireng Jombang pun mengada-ada. Karena pesantren termasyhur di Jawa Timur ini sudah didirikan jauh sebelum Yosua lahir. Semua orang pesantren tahu, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang didirikan pada 3 Agustus 1899, dirintis oleh KH Hasyim Asy’ari.
Ketiga, Yosua terang-terangan berdusta lagi ketika menyebutkan bahwa surat Ali Imran mendorong umat Islam untuk membenci Kristen. Ayat “Innad-diina ‘Indallohil-islaam,” ini sama sekali tidak menyuruh membenci Kristen, melainkan pernyataan tegas bahwa Islamlah satu-satunya agama yang diridhai Allah. Ayat mulia dalam Al-Qur’an ini tak dimiliki oleh orang Kristen. Tak ada dalam Bibel pernyataan bahwa Kristen adalah agama yang paling diridhai Yesus.
Keempat, pernyataan Yosua bahwa dalam Islam ada amalan Asmaul Husna untuk mengislamkan pendeta, adalah mimpi di siang bolong.
Asmaul Husna bukanlah amalan untuk menyerang orang kafir semisal pendeta, melainkan nama-nama Allah yang baik, yang diamalkan untuk menyebut dan asma Allah ketika berdoa.
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”(Qs Al-A’raf 180).
Kelima, kebodohan dan kebohongan Pendeta Yosua semakin nyata pada menit ke-27, di mana ia menyebut Al-Qur’an surat Ali Imran adalah juz yang ke-25. Inilah igauan orang sama sekali buta Al-Qur’an. Padahal santri TPQ saja tahu kalau surat Ali Imran bukan bukan juz ke-25, tapi juz ke-3.
Keenam, Pendeta Yosua menjadi jahil murakkab (dungu kuadrat), ketika menyebut surat Ali Imran ayat 63 berbunyi: “ya ayyuhalladina amanu id qola rosulullah sholllallohu alaihi wasallam kitabulloh,” yang diterjemahkan “Hai orang-orang yang beriman, pelajari Alkitab jika kamu ingin hidupmu dikaruniakan rahmat.” Padahal semua orang tahu bahwa surat Ali Imran 63 berbunyi: “Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dan nas Arab yang dibacanya pun tidak bisa dimengerti apalagi diterjemahkan, karena tidak ada kata kerjanya (fi’il). Maka terjemahannya pun jauh mengada-ada dari nas Arab yang dibacanya. [voa-islam.com/timfakta, sabili]
------------------------------------------------------------------------------------
Statistik Pemeluk Agama di Dunia
Posted by admin on March - 14 - 2011
Statistik Pemeluk Agama di Dunia
Juli 9, 2007 pukul 9:54 am • Disimpan dalam Riset
Masyarakat yang tidak beragama berada pada peringkat ketiga dengan jumlah persentase 16 persen dari keseluruhan penduduk dunia. Yang menarik adalah setengah dari kelompok ini percaya kepada Tuhan namun tidak mengikuti agama tertentu. Agama Yahudi yang jumlah pemeluknya memiliki persentase 0,22 % dari jumlah penduduk dunia berada pada peringkat terakhir dalam daftar agama-agama resmi dunia.
Walaupun di barat gereja-gereja yang tinggi menjulang banyak dibangun untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran Kristiani, namun saat ini perkembangan agama Islamlah yang mengalami kemajuan pesat dan perselisihan serta perbedaan yang ada di tengah umat Islam pun semakin berkurang dibanding dengan agama-agama lain. Dengan mengingat segala permasalahan ekonomi dan berbagai problem lainnya yang terjadi pada negara-negara Islam, agama ini mampu berada pada peringkat kedua dalam daftar agama dengan jumlah penganut terbanyak.
Berdasarkan laporan situs Baztab Iran, hasil survei memperlihatkan agama Kristen menguasai 33 persen masyarakat dunia namun mereka mengalami perpecahan yang lebih besar dan lebih prinsipal dibanding agama-agama lainnya.
Agama Kristen sekarang terpecah menjadi berbagai macam aliran yang berbeda-beda seperti Katolik, Protestan, Ortodoks timur, Anglikan, Evangelis, Pantekosta dan lain sebagainya.
Islam yang dipeluk oleh sekitar 21 persen dari penduduk dunia termasuk Suni, Syi’ah dan beberapa mazhab lainnya menempati agama kedua dengan penganut terbanyak setelah agama Kristen.
Orang-orang yang tidak beragama berada pada peringkat ketiga dengan persentase 16 persen dari jumlah penduduk dunia, termasuk di antaranya mereka yang tidak percaya kepada Tuhan, orang-orang sekuler dan yang menyembunyikan keyakinannya. Yang menarik adalah setengah dari mereka ternyata percaya kepada Tuhan walaupun tidak meyakini agama mana pun.
Agama Hindu berada pada peringkat keempat dengan jumlah pengikut sebanyak 14 persen dari jumlah penduduk dunia. Diikuti agama Buddha, agama tradisional Cina dan kepercayaan-kepercayaan tradisional masyarakat Afrika yang masing-masing memiliki jumlah persentase sebanyak 6 persen.
Agama Sikh dengan 0,36 persen komunitasnya menempati peringkat berikutnya dan Yahudi ternyata menempati peringkat paling akhir dari daftar agama-agama dunia menurut jumlah pengikutnya. [icc-jakarta.com]
------------------------------------------------------------------------------------
1001 Cara Kristenisasi
Posted by admin on March - 10 - 2011
1001 Cara Kristenisasi
www.hidayatullah.com
Publikasi: 30 – 09 – 2002
AlDakwah.com–Berbagai cara ditempuh untuk melancarkan proyek kristenisasi. Ada yang memalsukan Al-Quran, pendeta mengaku haji, sampai upaya memurtadkan kiai ternama. Ada pula tokoh Muslim yang “mendukung” kristenisasi
Kawin antar-agama hanyalah salah satu cara kristenisasi. Lainnya, banyak. Menurut kristolog Abu Deedat Shihab, kaum misionaris dan zending perlu menempuh berbagai macam cara karena selama ini merasa gagal. Kini, kristenisasi lebih diprioritaskan untuk menjauhkan ummat Islam dari agama, baru kemudian memurtadkannya. Abu Deedat merujuk pada Al-Quran Surat Al-Baqarah: 109, “Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman…” Juga Al-Baqarah: 120, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.”
Sinyalemen Al-Quran itu memang benar. Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer, seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan, “Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim. Tujuan kalian adalah mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan hawa nafsu.”
Plesetan Al-Quran
Al-Quran, sebagai tuntunan hidup ummat Islam, kini dimanfaatkan sebagai sarana kristenisasi. Tentu saja bukan Al-Quran sungguhan, tapi palsu. Salah satunya adalah The True Furqan, yang sempat beredar di internet dan menggegerkan publik Jawa Timur, awal Mei lalu. Dalam Al-Quran buatan Evangelis (Ev) Anis Shorrosh itu, ada surat bernama Al-Iman, At-Tajassud, Al-Muslimun, dan Al-Washaya yang isinya memuji-muji Yesus.
Selain ada Al-Quran palsu, juga bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits. “Cara ini yang sekarang paling banyak terjadi. Pemberian Supermie atau bantuan uang sudah tidak manjur lagi,” tutur Abu Deedat.
Kenapa cara itu ditempuh? Dalam wawancara dengan majalah Jemaat Indonesia (edisi 4 Juni 2001), Pdt R Muhamad Nurdin —Muslim murtad— menyebut trik itu sebagai cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. “Saya membuat buku agar dibaca umat Kristen, kemudian disalurkan kepada umat beragama lain. Saya tulis untuk kalangan sendiri, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Demikian bagi orang Yahudi aku seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang Yahudi. Itu cara yang hati-hati dalam merebut hati kaum Muslimin. Jangan sampai ada vonis mati seperti untuk Suradi dan Poernama,” ujarnya. Dua nama terakhir adalah pendeta yang divonis mati oleh Forum Ulama Ummat (FUU) Bandung karena menghina agama Islam.
Buku-buku Nurdin laku keras. Dalam tiga tahun, 5000 eksemplar ludes. Hasilnya, menurut penuturan Wakil Gembala Gereja Kristen Maranatha Indonesia (GKMI) Rawamangun Jakarta ini, banyak orang Islam yang akhirnya menerima Yesus alias murtad. “Bahkan ada yang menjadi penginjil.”
Contoh buku karangan Nurdin adalah Ash-Shadiqul Masdhuq (Kebenaran yang Benar), As-Sirrullahil Akbar (Rahasia Allah yang Paling Besar), dan Ayat-ayat Penting dalam Al-Quran.
Selain buku, juga bermunculan brosur atau pamflet sejenis lembar Jumat. Judul yang dipilih pun seolah-olah Islami.
Misalnya “Allahu Akbar Maulid Nabi Isa as”, “Kesaksian Al-Quran tentang Keabsahan Taurat dan Injil”, dan “Siapakah yang Bernama Allah itu?” Bertebaran pula stiker kaligrafi Arab yang isinya pujian kepada Yesus.
Buku dan brosur itu diterbitkan oleh Yayasan Jalan Al-Rachmat, Yayasan Christian Center Nehemia Jakarta, Yayasan Pusat Penginjilan Alkitabiah (YPPA), Dakwah Ukhuwah, dan Iman Taat kepada Shiraathal Mustaqiim.
Anak-anak sekolah juga menjadi sasaran empuk. Siti Muflikhah, santri Pesantren At-Taqwa Bekasi, pernah mendapat surat berisi komik anak-anak dari sebuah lembaga yang menamakan diri Klab17. Di bagian awal, komik itu berisi cerita keseharian anak-anak. Namun di bagian akhir ada pernyataan, “Saya percaya akan Engkau, Yesus sebagai juruselamat saya.”
Mengaku Mantan Haji
Bidang kesehatan juga dibidik. Ini antara lain dialami keluarga Hartono, warga Kupang, Surabaya. Istrinya, Jam’iyah, sakit dan dirawat di RS RKZ Surabaya. Biaya yang harus dikeluarkan selangit sehingga Hartono yang cuma bekerja sebagai mandor kontraktor kebingungan. Datang misionaris menawarkan bantuan biaya pengobatan. Namun ada syaratnya: masuk Kristen. Hartono terpikat. Suami istri itupun akhirnya menjadi penganut Kristen.
Cara yang cukup sulit diidentifikasi adalah tipu daya dengan meniru adat atau kebiasaan komunitas Muslim. Di Cirebon, ada kelompok qasidah yang menyanyikan puji-pujian kepada Yesus.
Hal serupa juga dilakukan jemaat Kanisah (Kristen) Ortodoks Syiria (KOS) yang menyelenggarakan tilawatul Injil, memakai peci, ibadahnya mengamalkan shalat 7 waktu, memakai sajadah, dan mendendangkan qasidah.
Duta-duta Injil (begitu kalangan Kristen menyebutnya —red) juga berani mengaku sebagai mantan ustadz, bertitel haji atau hajjah, atau anak kiai terkenal. Pengakuan-pengakuan seperti itu direkam dalam kaset dan diedarkan di tengah masyarakat.
Misalnya di Cirebon, murtadin Ev Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alias Amin Al-Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi Islam di STAI Cirebon. Ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk kesaksian itu palsu.
Ada lagi Ev Hj Christina Fatimah alias Tin Rustini alias Sutini alias Bu Nonot, pemberita Injil dengan memperalat Al-Quran di Gereja Bethel Pasir Koja, Bandung. Mengaku pernah berkali-kali menunaikan ibadah haji. Menurut penuturan Sumarsono, mantan suaminya, Sutini tidak pernah belajar di pesantren. Selama berkeluarga tidak pernah shalat. Memang dia pernah pergi ke Arab Saudi, bukan untuk ibadah haji tetapi menjadi TKW.
Banyak lagi kaset-kaset yang berisi rekaman kesaksian palsu, misalnya kesaksian HA Poernama Winangun alias H Amos, Pdt R Muhamad Nurdin, Pdt M Mathius, Pdt Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F Intan Duana, dan Ev Paulus Marsudi.
Sekolah dan Tawaran Kerja
Biaya sekolah yang kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum Muslimin. Mereka mendirikan sekolah (yang seolah-olah) Islam, seperti Institut Teologi Kalimatullah Jakarta yang dikelola Yayasan Misi Global Kalimatullah. Juga ada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta, yang mempunyai kurikulum Islamologi bermuatan 40 sks.
Lapangan kerja juga menjadi lahan subur. Ini misalnya dilakukan pasangan misionaris Robert Antony Adam dan Traccy Carffer di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Warga Amerika Serikat yang terang-terangan mengaku utusan Yesus itu berhasil memurtadkan 123 orang Minang, dengan bekal jabatan konsultan kehutanan Global Partners Forestry Unit (GPFU). Robert-Traccy yang masuk Pesisir Selatan sejak Desember tahun silam, menawarkan rekayasa teknologi tepat guna pemberdayaan jati emas, pala super, dan kapas transgenik. Robert lantas menjual bibit jati mas, pala, dan kapas dengan harga 50% lebih murah daripada harga pasaran. Kalau mau dapat gratisan, bisa saja. “Asal masuk Kristen,” ujar Masrizal, aktivis dakwah di Pesisir Selatan. Banyak warga yang tergiur dan akhirnya menjual keyakinan karena terobsesi keuntungan jutaan rupiah. Untung misionaris ini segera dideportasi karena pelanggaran visa, pertengahan bulan lalu.
Kasus serupa terjadi di Bekasi. Bulan April lalu terbongkar praktik kristenisasi berbungkus lapangan kerja. Sekitar 50 orang Muslim asal Gorontalo dibawa ke Bekasi dengan janji akan dipekerjakan dan diberi beasiswa oleh Yayasan Dian Kaki Emas. “Tapi setelah sampai di sini, mereka dididik dan dipaksa pindah agama Kristen oleh Pendeta Edi Sapto,” ungkap Hamdi, Ketua Divisi Khusus Forum Bersama Ummat Islam, dalam acara konferensi pers di Masjid Al Azhar, Klender Jakarta Timur.
Warga Muslim itu disekap, didoktrin ajaran Kristen, disuruh ikut kebaktian, dan dilarang shalat. Mereka juga diwajibkan memelihara babi-babi yang ada di kompleks yang berdiri di atas tanah seluas 5 hektar itu. Akhirnya kompleks kristenisasi terselubung itu digerebeg warga dan aparat.
“Dukungan” Tokoh Muslim Liberal
Proyek kristenisasi ternyata mendapat `dukungan’ dari beberapa orang yang sering disebut cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham liberalisme dan pluralisme yang kerap mengusung slogan `membangun dunia baru’, dengan penyatuan agama dan melepaskan fanatisme agama. Salah satunya adalah Prof DR Said Agil Siradj, MA. Gagasan pluralnya antara lain tampak dalam pengantar buku Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam. Buku ini dikarang oleh Bambang Noorsena, pendiri Kanisah Ortodoks Syiria (KOS) di Indonesia. Di situ Said Agil menulis bahwa KOS tidak berbeda dengan Islam. Secara al-rububiyyah, KOS mengakui bahwa Allah adalah Tuhan sekalian alam yang harus disembah. Secara al’uluhiyyah, telah mengikrarkan Laa ilaha ilallah (Tiada Ilah selain Allah) sebagai ungkapan ketauhidannya. Jadi dari tauhid sifat dan asma Allah secara substansial tidak jauh berbeda dengan Islam. Perbedaannya, menurut Said Agil, hanya sedikit. Jika dalam Islam (Sunni) kalam Tuhan yang Qadim itu turun kepada manusia (melalui Muhammad) dalam bentuk Al-Quran, maka dalam KOS kalam Tuhan turun menjelma (tajassud) dengan Ruh al-Quddus dan perawan Maryam menjadi Manusia (Yesus). Perbedaan ini tentu saja sangat wajar dalam dunia teologi, termasuk dalam teologi Islam. “Pandangan seperti itu merupakan salah satu bentuk penghancuran aqidah,” timpal Abu Deedat.
Tokoh lainnya adalah DR Nurcholis Madjid. Dalam buku Pluralitas Agama, Kerukunan dalam Keragaman, Cak Nur menjelaskan bahwa pengikut Isa Almasih menyebut kitab Injil sebagai Perjanjian Baru berdampingan dengan kitab Taurat yang mereka sebut sebagai Perjanjian Lama. Kaum Yahudi tidak mengakui Isa Almasih dengan kitab Injil-nya, menolak ide Perjanjian Lama ataupun Perjanjian Baru itu, namun Al-Quran mengakui keabsahan keduanya sekaligus. Dengan nada agak tinggi, Abu Deedat menyebut pendapat Cak Nur itu sebagai upaya pendangkalan aqidah. “Para pengikut Nabi Isa as (kaum Hawariyun) tidak pernah menyebut Injil sebagai kitab Perjanjian Baru. Nabi Isa sendiri tidak pernah menerima atau mengetahui kitab Perjanjian Baru karena Injil yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa bukanlah Perjanjian Baru yang isinya kebanyakan surat-surat Paulus yang sangat bertentangan dengan ajaran Nabi Isa itu sendiri,” katanya.
Selain kedua tokoh di atas, Abu Deedat juga memasukkan Alwi Shihab sebagai tokoh pluralis. Sementara Adian Husaini dalam Islam Liberal menunjuk beberapa nama seperti dosen-dosen Universitas Paramadina (Komaruddin Hidayat, Budhy Munawar Rahman, Luthfi As-Syaukanie), dosen UIN Syarif Hidayatullah (Azyumardi Azra, Muhammad Ali, Nasaruddin Umar), dan beberapa nama lain yang menjadi kontributor Jaringan Islam Liberal.
Menurut Adian yang juga anggota Komisi Kerukunan antarumat Beragama MUI, melalui pluralisme, ummat Islam diprovokasi agar melapaskan aqidahnya. Tidak lagi meyakini agamanya saja yang benar, dan kemudian diajak untuk mengakui bahwa agama Kristen juga benar. “Teologi pluralis sebenarnya adalah pembuka pintu bagi misi Kristen dan sejalan dengan imbauan Paus Yohanes Paulus II agar misi Kristen terus dijalankan,” ujarnya.
Kaum Kristen juga tak segan-segan “menyerang” tokoh-tokoh Muslim yang dikenal sebagai pejuang tegaknya syariat Islam. Misalnya KH Kholil Ridwan (Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia) dan KH Abdul Rasyid Abdullah Syafii (Pimpinan As-Syafiiyah, Jakarta).
Sekitar 5 bulan lalu, keduanya mendapat kiriman brosur dari STT Apostolos. “Isinya tidak secara langsung mengajak kepada agama Kristen, namun mengajak saya agar masuk ke dalam Apostolos. Itu artinya Apostolos mengajak saya untuk masuk ke dalam agama Kristen,” kata Abdul Rasyid.
Abdul Rasyid segera melaporkan kejadian itu kepada aparat, sebab cara itu sudah melanggar ketentuan hukum, yakni larangan mengajak ummat suatu agama untuk masuk ke agama lain. Kemudian ada pemberitahuan dari aparat bahwa pihak Apostolos melalui Pdt Yusuf Roni membantah telah mengirim surat dan brosur itu.
“Terlepas dari benar tidaknya bantahan itu, yang jelas apa yang saya alami merupakan indikasi bahwa sasaran kristenisasi tidak hanya kalangan akar rumput, tapi juga ulama dan tokoh masyarakat,” ujar Abdul Rasyid.
Yerikho 2000 dan Doa 2002
Misi Kristen di Indonesia didukung oleh kekuatan dana yang sangat besar, di antaranya melibatkan konglomerat keturunan Cina, James T Riady (bos Grup Lippo). Seperti terungkap di majalah Fortune (16 Juli 2001), James berencana membangun seribu sekolah di desa-desa miskin di Indonesia. James bekerjasama dengan Pat Robinson (misionaris dunia) juga akan mendirikan organisasi jaringan umat Kristiani. Hebatnya, ummat Islam secara tidak sadar turut mendukung cita-cita besar James T Riady. Antara lain dengan menjadi nasabah Bank Lippo, belanja di Mal Lippo, membeli rumah di Lippo Karawaci dan Cikarang, berobat ke RS Siloam, pelanggan Lippo Shop, Link Net, Lippo Star, Kabel Vision, dan Asuransi Lippo.
Indonesia memang akan dijadikan pusat perkembangan Kristen di Asia Pasifik. Demikian kata Pdt George Anatorae dari The Lord Familly Church Singapore dalam seminar kerjasama Global Mission Singapore dan Galilea Ministry Indonesia, di Hotel Shangrila Jakarta (9-12 Juni 1998). Sejauh mana keberhasilan program itu, perlu diteliti lebih lanjut. Yang pasti, data tahun 1999 menunjukkan jumlah umat Islam di Indonesia anjlok dari 90% menjadi 75% (Siar No 43, 18-24 November 1999).
Keberhasilan itu berkat kerja keras 38 agen kristenisasi, 1573 misionaris pribumi, 62 misionaris asing, dan 421 misionaris lintas kultural (data dari Operation World 2001 yang dihimpun India Missions Association, Japan Evangelical Assocation, dan Korea Research Institute for Missions).
Salah satu lembaga yang gencar melaksanakan kristenisasi adalah Doulos World Mission (DWM). Saat ini DWM sedang melaksanakan Proyek Yerikho 2000, yaitu program pengkristenan wilayah Jawa Barat, dengan sentra kegiatan digerakkan di kawasan pinggiran Jakarta.
Proyek ini bertujuan “mewujudkan Kerajaan Allah di bumi Parahyangan menyongsong abad XXI”. Menurut Hendrik Kraemer, peneliti dan penginjil dari Belanda, Jawa Barat adalah wilayah “paling gelap” di Indonesia dan sangat tertutup bagi Injil. Karena itu aktivis DWM bertekad, “Kita harus merebut tanah Pasundan bagi Kristus.”
Yerikho 2000 juga digerakkan di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Pusat kegiatan DWM berada di kawasan Rawamangun (Jakarta Timur) dan Tangerang (Banten).
Program lainnya adalah Doa 2002, yang dilaksanakan sejak tanggal 19 Oktober 2001 sampai 6 Desember 2002. Secara khusus program ini menyebut beberapa komunitas Muslim sebagai objek kristenisasi. Di antaranya adalah suku Kaili Ledo (Sulawesi Tengah), Melayu Riau, Betawi, Aceh, Melayu Kalimantan, Tenggarong Kutai, Bima, Maluku, Banda, dan Papua. Rencana program Doa 2002 tertuang dalam buku 40 Hari Doa Bangsa-Bangsa yang telah diterjemahkan ke dalam 35 bahasa di dunia.
Muslim Betawi misalnya, harus didoakan oleh segenap orang Kristen pada tanggal 9 November 2001 lalu. Itu perlu dilakukan agar hati Bapa mengasihi dan merindukan orang Betawi. Selain itu, agar Bapa mengutus duta-duta kerajaan-Nya untuk mengembangkan pelayanan kesenian Betawi, literatur, dan radio dalam bahasa Betawi. Juga, agar Tuhan mencurahkan kuasa-Nya dan mengubah kehidupan orang-orang yang berpengaruh dalam suku Betawi, baik para penyanyi, penari, tokoh agama, masyarakat, pemuda, dan wanita.
Secara khusus, orang Kristen mendoakan Presiden Megawati dan beberapa pemimpin dunia. Harapannya, agar Megawati (dan para pemimpin) mendapat pewahyuan tentang Ketuhanan Yesus dan keluarganya datang mengenal Kristus.
Duta-duta Injil juga sedang menggencarkan ritual Doa 5 Patok. Yakni meningkatkan doa 5 kali sehari dengan pelaksanaan minimal 30 menit lebih awal sebelum waktu shalat (bagi orang Islam). Tujuannya adalah untuk mengadakan penghadangan ruhani sekaligus pembersihan atmosfir ruhani agar kaum Muslimin dapat menerima Yesus.
Ritualnya dilaksanakan sebelum waktu shalat ummat Islam, yakni subuh (mulai 03.15-selesai), pagi (10.30-selesai), siang (14.00-selesai), sore (17.00-selesai), dan malam (18.00-selesai). Pada Kamis malam, dilakukan doa semalaman dan peperangan ruhani sambil berkeliling kota/lokasi tertentu. Awas, hati-hati!• (ahmad, dodi nurja, amz, pam)
Kristenisasi melalui kesaksian-kesaksian Palsu via mantan muslim (murtadin)
Tahun 1974, GPIB Maranatha Surabaya digegerkan oleh kasus pelecehan agama oleh Pendeta Kernas Abubakar Masyhur Yusuf Roni. Dalam ceramahnya, sang pendeta itu mengaku ngaku sebagai mantan kiyai, alumnus Universitas Islarn Badung dan pernah menjadi juri MTQ Internasional. Dia tafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara sangat ngawur. Kaset rekaman ceramah tersebut kemudian diedarkan secara luas kepada umat Islam.
Setelah diusut tuntas, ternyata pengakuan pendeta itu hanyalah bohong belaka Yusuf Roni teryata tidak bisa baca Al-Qur’an. Dengan kebohongannya itu, Pendeta Pembohong Yusuf Roni diganjar penjara 7 tahun di Kalisosok, Surabaya.
Ketika orang sudah banyak melupakan kasus pelecehan Yusuf Roni, di Jakarta muncul pelecehan plus seribu dusta yang baru. Seseorang yang menamakan dirinya Pendeta Hagai Ahmad Maulana mengaku sebagai putra kandung kesayangan KH. Kosim Nurzeha. Ceramahnya di gereja pun beredar luas di kalangan masyarakat. Setelah diselidiki, terkuaklah kebohongan besar pendeta Hagai Ahmad Maulana. Sebab belum pernah istri KH. Kosim Nurzeha melahirkan Ahmad Maulana.
Di Padang, trik yang sama dipakai untuk menggoyang akidah umat. Seseorang yang menamakan dirinya Pendeta Willy Abdul Wadud Karim Amrullah, namanya menjadi naik daun di dunia pemurtadan Kristenisasi, setelah mangaku adik kandung ulama besar pakar tafsir, Yang Mulia Almarhum Buya Hamka.
Orang awam banyak yang percaya tanpa cek dan ricek. Langsung yakin begitu saja dengan pengakuan bahwa adik kandung Buya Hamka itu sudah murtad ke Kristen.
Setelah diselidiki, ternyata pengakuan itu adalah kebohongan yang sangat besar. Salah seorang putra Buya Hamka menyatakan bahwa sepanjang hayatnya, dia tidak pernah punya paman yang namanya Willy Abdul Wadud Karim Amarullah.
Di Cirebon, murtadin Danu Kholil Dinata Ev. Danu Kholil Dinata alias Theofilus Daniel alis Amin Al Barokah, mengaku sebagai sarjana agama Islam, yang pindah menjadi pemeluk Kristen setelah mempelajari Nabi Isa versi Islam di STAI Cirebon. Setelah dilacak, ternyata ijazah sarjana yang dipakai untuk kesaksian adalah PALSU.
Para murtadin pembohong lainnya adalah Drs. H. A. Poernomo Winangun alias Drs. H. Amos, Ev Hj. Christina Fatimah alias Tin Rustini (nama asli dikampung Sutini alias Bu Nonot, Pdt. Rudy Muhammad Nurdin, Pdt. M. Mathius, Pdt. Akmal Sani, Niang Dewi Ratu Epon Irma F. Intan Duana Paken Nata Sastranagara (Ev. Ivone Felicia IDp.). Mengaku telah mengkristenkan 60 kiyai Banden, dll.
Abu Deedat Shihabuddin MH, Ahli Kristologi:
“Kasus Terbanyak, Pemuda Kristen Hamili Gadis Muslimah” Pertengahan bulan lalu, harian Republika menurunkan laporan tentang puluhan sekolah agama di Yogyakarta dan Temanggung yang tidak mau menyelenggarakan Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) untuk pelajaran agama bagi siswa-siswa beragama lain di sekolah itu. Padahal sudah ada ketentuan hukum yang mengatur hal itu secara tegas yakni Surat Keputusan Bersama (SKB) No. 2/U/SKB/2001.
Namun, SKB yang ditandatangani oleh Mendiknas, Mendagri dan Menag itu sengaja mereka abaikan. Alasan mereka, mengutip pernyataan sejumlah pejabat Diknas setempat, mereka ingin menjaga kekhasan sebagai sekolah agama. Bahkan beberapa yayasan pengelola sekolah-sekolah tersebut secara tegas menolak SKB itu karena ingin mengemban misi tertentu untuk kepentingan agama mereka (Republika, 12/6).
Menanggapi berita tersebut, da’i dan Kristolog (ahli tentang Kristen), Abu Deedat Shihabuddin MH berkomentar enteng. Menurutnya, itu tidak aneh dan belum seberapa gawat, karena sebetulnya masih banyak bentuk-bentuk pembangkangan mereka lainnya yang lebih parah. Yang aneh, bagi Sekjen Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan (FAKTA) itu, justru sikap harian tersebut yang tidak mau secara tegas mengatakan bahwa sekolah-sekolah itu tidak lain adalah sekolah-sekolah Kristen. “Mengapa mesti takut,” tanyanya heran.
Sebagai seorang kristolog, ustadz yang biasa dipanggil Abud oleh rekan-rekan seprofesinya itu, memang bukan hanya menguasai disiplin ilmu tentang agama Kristen secara mendalam. Tapi ia juga banyak tahu tentang seluk-beluk dan kiprah licik para misionaris Kristen dalam memurtadkan kaum Muslimin.
Maklum, pria berkaca mata tebal ini sering menangani berbagai kasus pemurtadan di berbagai daerah, baik berupa advokasi maupun terapi langsung. Selain itu Abud juga kerap melakukan investigasi langsung ke ‘garis belakang’ untuk memperoleh data. Jadi wajar kalau ia tahu banyak.
Sudah banyak murtadin yang terselamatkan kembali ke pangkuan Islam setelah diterapi Abud. Uniknya, para pasien yang ditangani mubaligh
kalem ini bukan hanya dari kalangan Muslim KTP saja. Tapi juga ada yang justru berasal dari kalangan santri. Misalnya, anak seorang kyai
sal Salatiga yang selain dimurtadkan juga dihamili oleh seorang aktivis gereja. “Ini bukti bahwa gerakan pemurtadan memang semakin hebat dan terencana serius,” jelasnya prihatin.
Melalui Abud juga, sejumlah pendeta dan aktivis gereja kembali berdiri di bawah panji Syahadat. Mereka mengakui kekeliruan yang ada
ada ajaran mereka setelah berdebat panjang dengan Abud. “Bahkan, ada salah satu pendeta setelah berdebat di rumah saya membanting Injilnya karena kesal,” cerita pria yang kutubuku ini.
Di tengah kesibukannya keliling daerah untuk mengisi ceramah, seminar dan pelatihan tentang antisipasi gerakan pemurtadan (harakatul irtidad), mantan aktivis PII ini berkenan meluangkan waktunya untuk diwawancarai Suara Hidayatullah. Di ruang tamu rumahnya yang sempit, karena dipenuhi ribuan buku serta pakaian, sendal dan sepatu, barang dagangan istrinya, Abud menerima Deka Kurniawan dan reporter lepas Hidayaturrahman.
Berikut petikannya:
Anda begitu mendalami dunia Kristen. Pernahkah terbersit di hati Anda untuk masuk Kristen?
Tidak ada keinginan untuk masuk Kristen walaupun saya sudah banyak sekali membedah Bibel. Justru keyakinan saya terhadap kebenaran Islam semakin kuat, karena setiap saya membaca Bibel selalu ada perbedaan redaksi dalam setiap edisi cetakannya. Misalnya dalam edisi lama ada istilah Tuhan. Tapi di edisi baru pada tempat yang sama ditulis Tuan. Begitu juga istilah Babi diganti menjadi Babi Hutan.
Abud mengoleksi 49 kitab Injil modern dan klasik, termasuk Injil dalam sejumlah bahasa daerah yakni Jawa, Minang dan Sunda. Sebagian besar didapatnya secara cuma-cuma dari diskusi yang dilakukannya bersama pendeta. Selebihnya didapat dari hasil investigasi dan membeli di pasar loak.
Setelah sekian lama menggeluti ajaran Kristen, apakah Anda menemukan sisi positifnya?
Al-Quran sendiri menyatakan, telah terjadi percampuradukan antara yang benar dan yang batil dalam ajaran ahlul kitab. Ini berarti menunjukkan ada juga kebenarannya. Hanya saja memang madu dan racun itu sudah digabung menjadi satu. Seperti ayat-ayat tauhid dalam Markus pasal 12 ayat 25 Yesus berkata, “Dengarlah wahai Bani Israel Tuhan kita dalah Tuhan Esa.” Ini menunjukkan Tuhan mereka adalah esa disamping memang ajaran mereka khusus hanya kepada golongan Bani Israel. Tapi ada juga racunnya, apa yang dikatakan Paulus dalam Roma pasal 9 ayat 5 misalnya, “Yesus adalah Allah yang harus disembah.” Datanglah ayat Al-quran sebagai korektor bagi mereka, misalnya surah Al-Maidah ayat 72 menyebutkan, “Telah kafir orang yang mengatakan al-Masih adalah Tuhan.” Makanya, kalau kita berinteraksi dengan para aktivis Kristen kita jangan hanya mengatakan kitab Injil sudah tidak asli atau palsu, lebih baik kita tunjukkan yang menyimpang dan salah pada Injil tersebut.
Apa yang menyebabkan kaum Nasrani tidak menyadarinya?
Di samping kekuatan dana, mereka ada dogma, bahwa apapun yang terjadi apakah ajaran itu rasional atau tidak, harus diterima karena ia merupakan firman Tuhan. Dan ditanamkan kepada mereka hanya orang Kristen saja yang selamat, yang lain tidak selamat dan harus diselamatkan. Misi inilah yang membuat mereka agresif untuk melakukan pemurtadan. Apalagi misi itu didukung dengan fasilitas yang cukup. Mereka tidak lagi memikirkan urusan kebutuhan keluarga, karena sudah dijamin. Lain dengan dai-dai kita yang dikirim ke pelosok paling hanya digaji Rp 50.000-150.000 per bulan.
Apa yang membuat mereka menerima dogma tersebut, sehingga mereka tetap menjadi ummat terbesar?
Secara umum orang ingin mencari yang gampang. Dan di Kristen itu memang gampang. Kalau melakukan tindakan yang tidak berakhlaq tidak ada masalah karena nantinya akan diampuni juga, dan cukup hanya sekali seminggu datang ke gereja. Paulus mengatakan dalam Roma pasal 5 ayat 20, “Semakin banyak dosa semakin melimpah kurnia Tuhan.”
Makanya di Barat kita ketahui kehidupan mereka rusak, terutama dalam kebebasan seks. Dan kerusakan itu mengacu kepada ajaran Bibel yang memang banyak memuat cerita-cerita porno yang vulgar. Misalnya diceritakan bagaimana Nabi Daud sebagai orang yang rusak moralnya
menghamili Batseba istri Uria. Begitu pula Nabi Luth diceritakan menghamili anaknya sendiri. Makanya, Jasmen Alfa, seorang Sosiolog Kristen, mengatakan Bibel itu jangan sampai dibaca anak-anak, lebih baik ia dimasukkan ke dalam peti besi, kemudian petinya dikunci dan kuncinya dibuang ke laut.
Bagaimana reaksi mereka bila mendengar hal itu dari Anda?
Mereka membenarkan dan meyakini kebenaran cerita persundelan itu. Misalnya sebuah acara di televisi pernah menampilkan dua orang pelacur yang menjadi germo kemudian bertaubat menjadi hamba Tuhan. Saya sampaikan bahwa cerita ini mirip dengan apa yang ada dalam Bibel. Pembawa acara yang Kristen itu kemudian membenarkan. Kemudian saya balikkan, berarti Yesus anak pezina karena dalam Matius ayat 1 dan seterusnya menceritakan bahwa silsilah keturunan Yesus bertemu dengan raja Daud yang menzinai Batseba. Tapi telepon saya akhirnya ditutup.
Kalau sudah mentok biasanya apa yang mereka lakukan?
Ada yang jujur dan mengatakan ini PR buat saya. Ada yang tidak jujur dengan cara menghindar dan lari ke masalah lain. Maka kalau debat dengan mereka jangan beri kesempatan buat beralih pembicaraan.
Mereka meyakini semua orang berdosa dari Adam sampai manusia kemudian, kecuali Yesus yang tidak berdosa. Inilah sebenarnya skenario Paulus menjalankan misinya, yang membuat citra bahwa Yesus itu juru selamat.
Apakah Anda hafal Injil sehingga fasih menyebutkan ayat demi ayat?
Tidak hafal. Hanya tahu saja.
Selama beraktivitas di bidang ini Anda sudah terjun kemana?
Seluruh wilayah Jawa Timur sudah, begitu pula Jawa Tengah dan Sumatera juga serta Kalimantan. Program ke depan adalah Irian dan Sulawesi. Kalau ini sudah berarti semua pulau besar sudah. Jadwal terbang Abud memang padat. Ketika kami menemuinya seusai berkhutbah Jumat di sebuah perkan-toran ia mengaku baru tiba dari Kalimantan. Sesudah itu ia punya agenda di dua tempat sampai malam.
Karena waktu yang terbatas wawancara itu urung dilangsungkan. Karena esok siangnya ia berceramah di Universitas Trisakti untuk selanjutnya terbang ke Palembang, Sahid mewawancarainya pagi hari selama waktu menunggu jemputan dan dalam perjalanan menuju lokasi seminar. Itu pun masih sering disela oleh telepon, antara lain dari daerah yang memintanya datang yakni Pekalongan dan Padang.
Apa yang biasanya Anda lakukan di berbagai tempat itu?
Kita memberikan informasi sekitar cara-cara pemurtadan dan kita dorong mereka memperdalam pemahaman keislaman. Jangan sampai nanti kawan dibilang lawan dan lawan dibilang kawan, karena memang gerakan mereka ibarat musang berbulu ayam, lihai dan licik.
Misalnya sekarang di Meruya Ilir (Jakarta) mereka mendirikan Sekolah Tinggi Theologia Kalimatullah, yang semua mahasiswanya memakai kopiah dan mahasiswinya memakai jilbab. SKS Islamologinya yang dulu hanya 20 SKS sekarang menjadi 40 SKS. Semester dua saja mereka sudah dilatih berdiskusi dengan para ustadz. Sedang mahasiswa IAIN saja tidak dipersiapkan untuk menghadapi para pendeta. Ada juga yang mengaku-ngaku anak kiai, mantan ustadz dan lain-lain.
Mereka menggunakan cara-cara itu untuk mencari legitimasi?
Semacam itu. Tidak jarang yang mengaku pernah jadi aktivis Muhammadiyah. Bahkan di rumah sakit pun mereka beraksi. Pasien yang tidak berdaya disuruh beriman kepada Yesus agar sembuh. Padahal kalau mau jujur, saya mempunyai tetangga Katolik yang mengeluh karena habis
biaya untuk berobat strok tapi tidak juga sembuh, terus saya balikkan saja, katanya Tuhan Anda bisa menyembuhkan. Jadi semua akal-akalan
orang Kristen untuk menjerat orang Islam. Kalau sudah menjadi Kristen ya akhirnya diterlantarkan.
Seberapa sering Anda menangani kasus-kasus pemurtadan?
Banyak sekali. Yang paling sering biasanya kasus pemuda Kristen memacari dan menghamili pemudi Muslimah. Ada juga kasus nikah beda agama yang belakangan menim-bulkan masalah besar.
Apa hikmah terbesar menjadi seorang Kristolog?
Di sini saya bisa menguji kemampuan lewat berdebat dengan mereka, kalau ada yang kurang saya pelajari terus. Di samping itu memudahkan saya berda’wah kepada mereka, karena Islam ini juga wajib dida’wahkan kepada mereka. Lihat saja surah Ali-Imron ayat 71. Sementara perintah bagi mereka untuk berdakwah kepada orang Islam itu batal karena dalilnya di Matius pasal 28 ayat 16 dibuat setelah Yesus mati.
Karenanya, kalau Anda didatangi misionaris Kristen, jangan diusir. Da’wahi mereka.
Tapi kan tidak semua orang punya bekal?
Makanya para aktivis da’wah harus menyiapkan bekal itu. Tim FAKTA insya Allah siap membantu. Dimana saja, sampai ke Irian sekalipun, kami siap memberikan bekal.
FAKTA didirikan 1998 dengan latar belakang belum banyaknya lembaga yang secara khusus menangani persoalan Kristenisasi. Dengan fasilitas yang sangat terbatas 7 dari 20 relawan (diantaranya bekas pendeta) yang aktif hingga kini masih rutin melakukan berbagai kegiatan antisipasi pemurtadan antara lain dengan menerbitkan buletin, membuka ruang konsultasi akidah di sebuah majalah Islam, memberikan seminar, ceramah dan pelatihan Kristologi di berbagai kota, dan belakangan di kampus-kampus. Melalui lembaga inilah Abud membangun jaringan anti pemurtadan secara nasional. Sayangnya, untuk kebutuhan operasional FAKTA masih mengandalkan kocek para relawannya sendiri.
Apa saja langkah yang harus diambil jika sebuah masyarakat berhadapan dengan kristenisasi?
Kristenisasi ini bervariasi. Kalau mereka mengadakan santunan sosial, pembagian sembako atau lainnya, maka umat Islam harus melakukan hal yang sama sebagai counternya. Kalau mereka menyerang lewat buku kita juga mempersiapkan buku dan tulisan-tulisan, sekaligus menyerang balik kepada mereka. Tapi kalau kasusnya hipnotis maka kita harus laporkan kepada pihak yang berwajib dan melakukan upaya advokasi bertemu dengan upaya hukum. Aparat juga harus peka. Kalau tak ada langkah hukum masyarakat bisa kehilangan kesabaran.
Kepada para misionaris, langkah pertama, tolak mereka dengan cara yang baik, karena Islam tidak mengajarkan cara kekerasan jika kita tidak diperlakukan keras. Konkritnya kalau menemukan sudah ada bukti-bukti itu, ambil bukti-bukti itu kemudian serahkan kepada ulama setempat dan beritahukan kepada aparat, lantas jelaskan kepada mereka ini melanggar kode etik penyebaran agama. Kalau mereka berbuat zhalim baru kita lakukan hal yang sama tapi tidak boleh berlebihan. Ummat Islam jangan menjadi ummat yang bodoh karena Islam bukan agama yang sempit. Kepada ummat Kristen yang tidak menggangu jangan diganggu pula mereka.
Tindakan ummat Islam selama ini cenderung reaktif terhadap isu-isu kristenisasi, misalnya seperti yang terjadi di Doulos. Bagaimana menurut Anda?
Jangan salah tafsir. Ummat Islam tidak pernah mengadakan aksi. Mereka hanya bereaksi. Karena aksi-aksi Kristen melanggar kode etik maka ummat Islam bereaksi.
Mungkin, karena begitu concernnya terhadap bidang Kristologi, dosen Institut Agama Islam Al-Ghuraba ini, sampai menamakan anak keduanya dengan seorang tokoh Kristologi terkemuka dari Afrika, Ahmad Deedat. “Saya memang mengaguminya dan ingin agar dia menjadi ulama seperti Ahmad Deedat,” jelas Kristolog yang mengaku memiliki kemiripan jalan hidup dengan Ahmad Deedat itu. Itulah sebabnya di kalangan teman-temannya, serta belakangan di kalangan media dan umat, anak ketujuh dari 13 bersaudara pasangan Mahfudz dan Hanafiyah itu lebih sering dikenal sebagai Abu Deedat. Padahal nama aslinya adalah Shihabuddin.
Mengapa Anda tertarik dan tekun menekuni Kristologi?
Saya terjun di dunia Kristologi tahun 1982, ketika bekerja di sebuah perusahaan swasta. Di perusahaan itu kebetulan direkturnya seorang pendeta. Begitu pula para pimpinan lainnya yang memegang posisi penting rata-rata adalah aktivis gereja. Salah satu dari mereka, yakni kepala bagian keuangan berusaha menginjili (‘mendakwahkan’ injil) para karyawan Muslim melalui berbagai tulisan dan diktat tentang potongan-potongan ayat Qur’an yang terkesan seperti mendukung agama mereka.
Saya penasaran. Maka saya datangi orang itu. Ketika saya tanya, katanya tulisan-tulisan itu disusun oleh orang yang sudah berpuluh-puluh kali naik haji. Saya pun terlibat diskusi kecil-kecilan dengan mereka.
Apa bekal Anda waktu itu?
Bekal saya waktu itu Injil pemberian seorang Kristen Manado yang saya pelajari. Kebetulan juga saya lulusan Fakultas Ushuluddin, jurusan Penyiaran Islam di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sana ada mata kuliah khusus tentang Kristologi. Dengan modal itu saya terus menggeluti dunia Kristologi secara otodidak, selain mengikuti kursus-kursus Kristologi secara tertulis. Misalnya di Pelita Hidup tahun 1986 dengan menggunakan nama samaran. Alhamdulillah dari situ saya banyak mendapatkan dokumen penting yang berguna untuk antisipasi gerakan mereka.
Ia dibesarkan di pesantren NU sampai SMP di Tasikmalaya, Jawa Barat. Orang tuanya juga berlatar belakang NU. Karena banyak berinteraksi dengan aktivis Persis, ayahnya lalu banyak mendorong untuk berdakwah. Berbagai diskusi dan kegiatan PII ditekuninya.
Di rumahnya Abud sering meladeni permintaan debat dari para pendeta dan aktivis gereja. Hal yang sama juga dilakukan di berbagai tempat. Dan itu sudah berlangsung ratusan kali. Dari kalangan Budha dan Aliran Kepercayaan ada juga yang pernah menjadi lawan debat Abud. Menurut Abud, banyak di antara mereka yang menyerah tapi tidak mau mengakui kesalahannya. Kalau pun ada yang mengaku salah, mereka khawatir kalau masuk Islam akan miskin. Tidak sedikit juga yang mendapat hidayah.
Buku apa saja yang Anda jadikan pegangan untuk mendebat mereka?
Ketika masih SMU di kampung, saya sudah memiliki referensi buku-buku Islam, kurang lebih 500 judul. Yang pertama saya pelajari adalah dialog Islam-Kristen berjudul “Bibel lawan Bibel” karangan A Hassan dan buku-buku Pak Abdullah Wasian tentang Kristologi.
Bagaimana Anda mendidik anak Anda, Deedat, supata kelak jadi seperti Ahmad Deedat?
Saya sekarang sedang berusaha menyiapkannya menjadi aktivis da’wah. Ketika saya menangani kasus pemurtadan di rumah, saya sengaja menyuruhnya untuk melihat.
Bagaimana mengatur kesibukan da’wah dengan keluarga?
Saya mencoba bagaimana kebutuhan rumah tangga bisa terpenuhi, karenanya saya juga berwiraswasta. Istri saya banyak sekali membantu dan mendorong saya ketika menangani kasus-kasus pemurtadan terutama terhadap Muslimah. Jadi antara saya dan istri sejalan. Dia juga tahu tugas saya, sehingga untuk anak-anak kita beri penjelasan kepada mereka.
Anda pernah mengalami teror?
Iya, sebatas teror telepon dan surat kaleng biasa. Istri saya juga pernah diancam melalui telepon. Berjuang harus ada tantangan dan itulah risiko.
Peristiwa apa yang paling berkesan bagi Anda?
Yang tidak pernah bisa saya lupakan adalah ketika saya mengobati anaknya kiai, di mana seumur hidup baru kali itu saya menceramahi kiai secara langsung. Anaknya kuliah di salah satu perguruan tinggi di Semarang, dibawa kabur oleh anak pendeta kemudian di-Kristenkan, bahkan sudah dihamili. Akhirnya pak kiai ini mendatangi saya dan minta tolong kepada saya untuk menangani kasus ini. Alhamdulillah, sayapun dapat melakukan penyadaran kepada anak tersebut dan kepada kiai itu sekaligus yang merasa terpukul dengan keadaan anaknya. Kesan lain, ketika saya menghadapi kasus-kasus Muslimah yang termurtadkan. Ini sering membuat saya sedih.
Apakah perhatian yang mendalam itu tidak membuat Anda emosional?
Saya sangat prihatin sekali, karena lembaga yang lain masih sangat minim perhatiannya terhadap masalah seperti ini. Inilah kelemahan di kalangan kita. Kalau kejadian seperti ini belum menimpa keluarga kita sendiri, hal itu dianggap biasa saja. Kalau sudah tertimpa musibah baru merasa. (Deka Kurniawan)
Sepucuk surat tergeletak di meja redaksi kami, Maret lalu. Surat itu dari seberang pulau, Kalimantan Timur. Nama pengirimnya singkat saja, Dewi. Tetapi persoalan yang diadukan tak sesingkat namanya. Coba simak isi surat itu:
“Saya seorang ibu 29 tahun dan suami 31 tahun. Kami telah dikaruniai dua anak. Yang pertama pria (6), dan kedua putri (2). Kami menikah 7
tahun yang lalu, dia adalah teman sekampus saya. Saat pertama mengenalnya, saya benar-benar benci. Maklum, saya lahir dari keluarga Muslim yang taat, sementara dia pemeluk Protestan. Tapi entahlah, mungkin karena dia tak pernah putus asa, saya kemudian menerimanya menjadi pacar. Saya benar-benar semakin sayang setelah dia kemudian menerima menikah dalam Islam. Saya benar-benar bahagia sekali.” Tetapi setelah datangnya anak pertama lalu disusul anak kedua, banyak perubahan yang terjadi pada suami saya. Tiba-tiba dia jarang shalat dan sering keluar tanpa pamit. Belakangan saya tahu ternyata dia tidak benar-benar meninggalkan agamanya. Bahkan, sejak anak kedua kami lahir, secara terang-terangan dia pernah mengatakan kepada saya. `Saya masih seperti dulu, jadi jangan harap ada perubahan.’” “Mendengar kata-katanya, saya hampir tidak percaya. Suami saya yang tadinya pendiam itu tiba-tiba seperti itu. Yang membuat saya benar-benar takut dan sedih, hari-hari ini, dia sering memaksa saya mengikuti jejaknya untuk datang di kebaktian.’
Kisah memilukan itu tidak cuma dialami Dewi, tapi juga seorang ibu asal Palu yang datang ke kantor Suara Hidayatullah (Sahid) Surabaya, Juli lalu. Wanita berperawakan sedang ini datang bersama suaminya dengan wajah sembab. Kepada Sahid, ia menceritakan musibah yang menimpa keluarganya. Singkat cerita, sang adik diketahui hamil di luar nikah sesaat sebelum menyelesaikan gelar sarjananya. Yang membuat musibah itu terasa amat berat, pacar sang adik itu ternyata pemuda beragama lain. “Adik saya dihamili oleh pemuda Kristen,” ucapnya sembari menyeka linangan air matanya. Padahal, sang adik dikenal sebagai wanita pendiam dan jarang keluar rumah. Selain itu, selama ini, dia dibesarkan dan dididik dalam lingkungan keluarga Muslim yang sangat taat. Peristiwa memalukan itu memang kemudian bisa dicarikan solusinya. Singkatnya, sang adik akhirnya menikah dengan pacarnya pemuda Kristen dalam upacara Islam. Setelah itu, keduanya pindah kota yang jauh dari keluarga, di Palu. Hanya saja, kepergiannya masih tetap menyisakan luka yang mendalam bagi pihak keluarga. Terutama setelah diketahui bila sang adik telah ikut sang suami menjadi aktifis gereja bersama semua anaknya.
Kisah cinta seperti Dewi dan adik si ibu tadi bukan hal baru di negeri ini. Banyak pemuda dan pemudi pernah mengalami hal serupa. Memiliki teman dekat atau calon suami yang berbeda agama. Ujung-ujungnya, dalam banyak kasus, hubungan keduanya kemudian terhambat karena adanya perbedaan agama. Bagi yang taat pada agama, mereka memutuskan untuk berpisah. Sebagian lagi memilih kompromi, yakni memilih mengikuti salah satu dari agama yang dianut pasangannya. Pada pilihan yang terakhir inilah yang perlu diwaspadai, utamanya para gadis muslimah.
Kejahatan kristenisasi itu, kini dilengkapi dengan kenyataan kristenisasi yang sangat menghina umat Islam, yaitu memperkosa muslimah murid Madrasah Aliyah di Padang yang selanjutnya dimurtadkan. Khairiyah Enisnawati alias Wawah (17 thn) pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Gunung Pangilun, Padang, Sumatera Barat adalah salah satu dari 500 orang Minang yang dimurtadkan. Gadis berjilbab itu diculik, diperkosa dan dipaksa keluar dari agamanya lewat misi rahasia yang dijalankan sekelompok orang Kristen, di rumah Salmon seorang Jemaat Gereja Protestan di Jl. Bagindo Aziz Chan, Padang tempat memaksa Wawah untuk membuka jilbab dan masuk Kristen. Gereja itu dipimpin Pendeta Willy, sedang Salmon adalah jemaat yang juga karyawan PDAM Padang. (lihat Dialog Jumat, 6 Agustus 1999).
Tentu saja saya punya data mengenai itu. khan tinggal kontak FAKTA. untuk pemanasan nich ada data hamilisasi yang pernah terjadi di Tambun – dan Kranji Mbekasi !!
Banyak muslimah telah jadi korban pemurtadan. Hanya orang-orang yang tinggal di selatan Pasar Tambun yang mengenal H Kacep. Mungkin sebab itu, kasus kematian mubaligh kondang untuk ukuran kampungnya yang sungguh mengenaskan, sama sekali luput dari pemberitaan media massa. Kejadiannya sekitar setahun yang lalu. Berawal dari pertemuan puterinya dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab. Gadis muslimah itu kian sering dijumpai berduaan dengan sang pemuda. Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu memanggil keduanya. Mubaligh itu bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. Wa la taqrabuu zina, demikian peringatan Allah SWT dalam al-Qur’an. Karena hubungan antara puterinya dengan sang pemuda sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk meresmikan hubungan kedua insan itu ke dalam jenjang pernikahan.
Secara bijak H. Kacep mengutarakan keinginannya pada sang pemuda. Puterinya menyimak baik-baik apa yang dikatakan ayahnya itu. Hatinya berbunga-bunga. Yakin bahwa sang pemuda pujaan tidak akan keberatan dengan maksud ayahnya. Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang pemuda dengan enteng menjawab, Ya, saya mau saja menikahi anak bapak. Asalkan pernikahannya dilakukan di gereja!
Bagai disamber geledek di siang bolong. Bapak dan anak puterinya terkaget-kaget dibuatnya. Sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya ternyata seorang non-Muslim. Padahal dulunya ia pernah bilang bahwa dirinya juga Islam. Dari hari ke hari gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya. Hingga suatu hari sosok remaja tersebut ditemukan terbujur kaku dengan mulut berbusa. Sekaleng racun serangga ditemukan tergolek di sampingnya. Besar kemungkinan, sesuatu yang berharga telah dipersembahkan gadis tersebut pada sang pemuda hingga ia memilih mati ketimbang menanggung malu. Kematian puteri tercintanya membuat H. Kacep menangung kesedihan yang amat sangat. Belum lagi kasak-kusuk tetangganya yang kerap terdengar tidak sedap. Akhirnya H. Kacep jatuh sakit. Dua bulan kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka. Pesantren yang dikelolanya pun bubar… Di daerah Kranji, masih Bekasi, beberapa tahun lalu juga terjadi kasus yang mirip. Seorang Muslimah berteman akrab dengan seorang pemuda. Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil. Sang ayah yang tahu sedikit banyak tentang Islam pun marah besar. Segera dipanggilnya sang pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya. Juga dengan enteng, si pemuda menjawab, Saya mau nikah dengan anak bapak, asal dilakukan di gereja! Ayah beranak itu kaget mendengarnya. Sama sekali mereka tak menyangka siapa gerangan pemuda itu. Tapi sikap dan pendirian sang ayah cukup tegas: ketimbang anaknya murtad, lebih baik menolak mentah-mentah syarat sang pemuda Kristen tersebut. Janin yang dikandung anaknya dibiarkan lahir tanpa ayah. Kini anaknya dirawat oleh orangtua si gadis, ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Sekjen FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.
Kristenisasi melalui jalur pemerkosaan gadis-gadis muslimah. Khairiyah Anniswah alias Wawah, siswi MAN Padang, setelah diculik dan dijebak oleh aktivis Kristen, diberi minuman perangsang lalu diperkosa. Setelah tidak berdaya, dia dibaptis dan dikristenkan. Kasus serupa menimpa Linda, siswi SPK Aisyah Padang. Setelah diculik dan disekap oleh komplotan aktivis Kristen, dia diperlakukan secara tidak manusiawi dengan teror kejiwaan supaya murtad ke Kristen danmenyembah Yesus Kristus. Di Bekasi, modus pemerkosaan dilakukan lebih jahat lagi. Seorang pemuda Kristen berpura-pura masuk Islam lalu menikahi seorang gadis muslimah yang salehah. Setelah menikah, mereka mengadakan hubungan suami isteri. Adegan ranjang yang telah direncanakan, itu foto oleh kawan pemuda Kristen tersebut. Setelah foto dicetak, kepada muslimah tersebut disodorkan dua pilihan: “Tetap Islam atau Pindah ke Kristen?”. Ka!au tidak pindah ke Kristen, maka foto-foto talanjang muslimah tersebut akan disebarluaskan. Karena tidak kuat mental, maka dengan hati berontak muslimah tersebut dibaptis dongan sangat-sangat terpaksa sekali, untuk menghindari aib. Di Cipayung Jakarta Tirnur, seorang gadis muslimah yang taat dan shalehah terpaksa kabur dari rumahnya. Masuk Kristen mengikuti pemuda gereja yang berhasil menjebaknya dengan tindakan pemerkosaan dan obat-obat terlarang.
Sumber : http://www.adriandw.com/kristenisasi.html
0 komentar:
Posting Komentar