Pujangga mengatakan, “Sungguh berbahagialah orang yang masih memiliki cinta, karena dengannya hidup akan menjadi lebih bergairah, dan dengannya pula seorang dapat merajut banyak cita, serta terdorong untuk menggapai dan meraihnya”
Pernyataan ini kadang dirasa sulit oleh kebanyakan orang untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya anak muda yang masih dalam kondisi fitrah (alami), mereka cenderung memiliki rasa cinta yang membara dan menggelora untuk mencintai lawan jenisnya. Meraka berhayal andaikata bisa hidup setiap saat bersama kekasihnya dan masing-masing mendambakan hari yang diliputi oleh rasa cinta, kehangatan, rasa kasih dan ketulusan hati. Dunia ini hanya milik mereka berdua (orang lain cuma ngontrak). Tetapi tanpa disadari ternyata hal itu menggiring mereka ke arah jaring-jaring syetan dan mereka pun terjebak ke dalam jurang kenistaan. Na’udzubillah. Lalu Kaif?? Perhatikan berikut ini!!
Kadang seorang bertanya: “Apa itu cinta?” lalu ia sendiri menjawab: “Apakah cinta adalah segala puncak rasa yang muncul di antara dua insan yang mendambakan kesuksesan dan kebahagiaan? Atau berbagai gejolak perasaan yang menyelimuti dan menjaga hati dari badai kehidupan dan dinginnya kesendirian? Apakah cinta adalah perasaan aman, damai dan tenang di samping orang yang paling dicitainya? Atau perasaan malunya seorang gadis serta kemerah-merahan kelopak matanya ketika nama kekasihnya disebut-sebut? Apakah cinta itu adalah gemetarnya tangan seorang pemuda dan berurai air mata kegembiraannya yang nampak pada kedua matanya setiap kali lamunan kekasihnya berlalu? Apakah ini yang dinamakan cinta ??
Cinta adalah bunga mawar yang warnanya sangat indah, semerbak harumnya menggairahkan hasrat dan kelembutannya sangat menggiurkan. Tetapi ia penuh dengan duri yang dapat menyakitkan, meneteskan darah dan tidak bisa disembuhkan, lukanya tidak akan hilang meskipun waktu terus berganti.
Inilah seorang alim, faqih Ibnul Qayyim rahimahullah berbicara di dalam kitab Al Jawabul Kafi Liman Sa’ala ‘An Ad Dawa Asy Syafi: Cinta adalah kehidupan bagi hati dan konsumsi bagi ruh. Hati tidak akan dapat merasakan kelezatan, kenikmatan, keberuntungan dan kehidupan tanpa cinta. Apabila hati kehilangan cinta, maka rasa sakit yang diderita lebih berat dari sakitnya mata ketika kehilangan cahaya penglihatan, sakitnya telinga ketika kehilangan pendengaran, sakitnya hidung ketika kehilangan sense penciuman dan sakitnyaa lidah ketika kehilangan indera untuk mengucap.
Bahkan rusaknya hati tatkala ia kosong dari kecintaan Sang pencipta dan Sesembahannya yang haq, lebih berat dari rusaknya badan tatkala lepas dari ruhnya. Banyak orang tidak akan mempercayai hal ini, kecuali orang yang masih memiliki kehidupan.
Beliau rahimahullah di dalam kitab Ad Da’ Wa Ad Dawa’ mengatakan: “Kecintaan terhadap lawan jenis terbagi menjadi tiga aspek: yaitu: taqarrub (mendekatkan diri), ketaatan dan kenikmatan.
Bagian yang dinamakan dengan taqarrub (mendekatkan diri) dan ketaatan: yaitu fenomena cinta yang terjadi terhadap suami atau istri. Model kecintaan seperti ini adalah model yang positif, karena hal itu lebih bisa mengajak pelakunya kepada berbagai tujuan yang Allah syariatkan yaitu pernikahan. Yang dengannya orang lebih mampu menahan pandangan dan hati dari mencari-cari sesuatu yang bukan seharusnya. Karena itu, orang yang memiliki cinta seperti ini mendapat pujian di sisi Allah dan manusia.
Beliau mengatakan: bagian ketiga dari kecintaan tersebut ialah kecintaan yang masih diperbolehkan, seperti kecintaan terhadap wanita yang disampaikan berita kepadanya bahwa wanita tersebut adalah wanita yang cantik, atau ia melihatnya secara tiba-tiba tanpa ada maksud untuk melihatnya (pandangan pertama), maka kecintaan yang seperti itu tidak dikategorikan maksiat. Asal tidak membuat dirinya berkhayal dan berangan-angan sesuatu yang tidak semestinya. Yang lebih bermanfaat bagi orang tersebut ialah berusaha menolaknya serta menyibukkan diri dengan sesuatu yang lebih bermanfaat baginya. Ia wajib merahasiakannya, menjaga dirinya dan bersikap sabar menghadapi musibah tersebut. Maka Allah akan memberinya pahala atas perbuatannya itu dan memberikan ganti atas sikap sabar dan menjaga diri karena Allah.
Beliau memandang bahwa termasuk cinta yang terpuji ialah cinta yang bermanfaat, ialah cinta yang mendatangkan sesuatu yang bermanfaat bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat, dan cinta ini merupakan tanda kebahagiaan.
Sedang cinta yang membahayakan ialah cinta yang mendatangkan sesuatu yang membahayakan bagi pelakunya baik di dunia maupun di akhirat dan ini merupakan tanda celeka. Misalnya seorang siswa sibuk berSMSan dengan orang yang dicintainya tanpa memperdulikan pelajaran yang sedang disampaikan oleh gurunya. Siapa yaaa..???
(Fatkhur rokhman: Guru Shorof)
1 komentar:
alhamdulillah masih bisa membaca artikel ini....
Ustazd..sering2 posting ya..
Posting Komentar