Pages

Selasa, 22 Februari 2011

Ibu Mulan Jameela masih ada darah dengan Istri Kartosuwiryo


Biografi Mulan Jameela dan Hubungannya dengan Tokoh DI/TII

Nama Lengkap: Raden Terry Tantri Wulansari
Nama Panggilan: Mulan Jameela
Tanggal/Tanggal Lahir: Garut, Jawa Barat, 23 Agustus 1982
Zodiak: Virgo
KELUARGA:
Nama Ayah: R HE Komar
Nama Ibu: Titi Aisyah,
Nama Istri/Suami: Harry Nugraha (cerai 2005)
Nama Anak: Tyarani Savitri, Muhammad Rafly Aziz

PENDIDIKAN:
SD: SD Cinta Kasih, Garut
SMP: SMP Jelang Senja Garut
SMU: SMA Jamilah Sari 7, Garut
Perguruan Tinggi: STBA Bandung (lagi cuti)
FILM:
1. Maaf Saya Menghamili Istri Anda
SINETRON:
1. Primadona Mencari Surga (FTV)
2. Pasangan Heboh.
3. Bodyguard Sang Penyanyi (FTV)
4. Penyanyi Yang Difitnah (FTV)
5. Serumah Tapi Musuh (FTV)
ALBUM:
1. Teman Tapi Mesra (Single dalam kompilasi Ratu and Friends, 2005)
2. No 1 (2006)


Selain sebagai artis, Mulan Jameela punya sisi-sisi lain sebagai ibu. Ia punya cara untuk mendekatkan diri ke anak-anaknya lewat masakan. Sebagai wanita, ia juga punya komentar tentang dirinya yang selalu dikaitkan dengan prahara rumahtangga Dhani-Maia.

Di awal tahun ini Mulan Jameela (30), atau dulu dikenal sebagai Mulan Kwok, bertransformasi. Dengan “wajah baru”, Mulan ingin mengukuhkan eksistensinya sebagai penyanyi solo, sekaligus mengikis bayang-bayang Mulan sebagai pelengkap duo Ratu bersama Maia Estianty.

Dari segi penampilan, Mulan yang dulu berbusana ala harajuku di Ratu, kini bergaya Timur Tengah. Dari make-up, Mulan mengaku didandani lebih dewasa. Perubahan imej dan karakter ini, kata Mulan, adalah hasil kerjasama dirinya dengan manajemen Rupublik Cinta yang dikomandoi Ahmad Dhani.

Dari semua perubahan itu, mungkin yang paling menarik perubahan nama dengan embel-embel Jameela. “Kami ingin perubahan ini secara total. Dan tambahan Jameela lebih memperkuat perubahan imej itu dan lebih ‘menjual’,” kata Mulan beralasan.

Uniknya, nama Jameela itu ditemukan saat penggarapan lagu hits album barunya, Makhluk Tuhan Paling Sexy. “Backing vocal berkali-kali menyebut Jameela, Jameela. Kami semua tersadar nama Jameela bagus kalau dipasangkan dengan nama Mulan, tuh. Artinya juga bagus, berarti cantik,” imbuhnya.

Mulan tak mempersoalkan namanya digonta-ganti. Bahkan, ia mengaku sudah lima kali ganti nama. Cerita Mulan, saat lahir di Malambong, Garut (23 Agustus), orangtuanya, R HE Komar -Titi Aisyah, memberi nama Raden Terry Wulansari. Nah, tidak tahu prosesnya, nama yang cukup panjang itu menjadi lebih panjang dengan tambahan Tantri. “Biasalah anak kecil, kan suka tambah-tambah nama. Maka jadilah Raden Terry Tantri Wulansari,” ujar ibu dari Tyarani Savitri (7) dan M Rafly Aziz (4,5) ini.

Tapi, entah bagaimana kejadiannya, di akte kelahiran, yang tercantum cuma nama Raden Wulansari. Nama itulah yang dipakai dari SD hingga SMU. Ketika bergabung di Ratu namanya menjadi Mulan Kwok dan kini Mulan Jameela.

Maniak Tahu Gejrot
Perubahan diri itu berdampak konsekuensi lain buat Mulan. Lantaran lagu yang dibawakan bernuansa Arab, maka Mulan pun diwajibkan bisa melakukan gerakan tari perut. Rupanya, gerakan tarian perut tak sederhana yang dibayangkan. Bila salah, badan bisa sakit atau keseleo. Mulan yang jarang berolahraga pun harus melakukan pemanasan dahulu untuk memulainya. “Hari pertama latihan, aku sampai enggak bisa bangun dari tempat tidur. Badan rasanya capek semua,” sebut Mulan.

Karena tak ingin terjadi apa-apa dengan dirinya, Mulan amat serius saat latihan menari. Awalnya ia dilatih dua kali seminggu. Kini latihan sendiri. Saat menyanyi konsentrasinya kini terbagi untuk bisa menari perut dengan baik. Kontak dengan penonton pun sering dilakukan Mulan dengan menari sambil menjulurkan tangannya dan berlenggok kesana-kemari.

Mau tidak mau, karena sering menari perut, Mulan sekarang amat perhatian dengan perutnya. Untunglah, meski sudah dua kali bersalin dengan proses normal, perut Mulan terhitung bagus. Pasca persalinan dahulu ia menuruti anjuran ibu dan mantan mertuanya untuk perawatan secara tradisional. Seperti rajin meminum jamu dan mengenakan stagen.

“Jadi, waktu kelahiran anak pertama, baik ibuku maupun mantan mertuaku merawatku dengan ketat. Selama 3 bulan perutku dipasang stagen dengan kencang. Perut juga dibobokin dulu dengan ramuan-ramuan para sesepuh Sunda. Belum lagi setiap hari ada paraji (dukun pijat ) yang datang memijat tubuh. Soal jamu, rasanya luar biasa (pahit, Red). Nah, sekarang aku tinggal memetik buahnya," cerita Mulan sambil tersenyum bangga.

Selain peduli dengan perutnya, Mulan yang merasa tak semolek masa muda dahulu, amat memperhatikan pahanya. Karena ia merasa pahanya terhitung besar dan perlu dikencangkan. Untuk itu, sebelum tidur, Mulan sering mengurut-urut sendiri pahanya dengan krim. Sebab, untuk melakukan di salon atau spa, Mulan mengaku tak punya waktu, lantaran jadwal show yang ketat.

“Aku tuh, malam-malam pakai krim yang bisa menghilangkan lemak. Bukan tidak bersyukur, tapi bagian pahaku kan gede, jadi harus dilangsingkan," sebut Mulan yang terbiasa tidur ditemani kedua buah hatinya.

Sementara, soal bobot tubuhnya, sejak dahulu Mulan tak pernah merasa dipusingkan. Sebab, tubuhnya tak masuk dalam kategori gampang melar. Jika ingin menurunkan berat badan ia cukup beraktivitas yang banyak memakan energi atau tidak makan malam. Cara itu sudah menjadi tradisi di keluarganya. “Dari dulu sampai sekarang, aku paling berat 50 kg. Wah, itu sih sudah gemuk banget,” cetus Mulan kini berbobot 45 kg.

Selain itu, Mulan termasuk orang yang tak gampang dipicu nafsu makannya. Mulan sangat pilih-pilih makanan yang ingin dilahapnya. Tapi, ada satu makanan favorit yang tidak bisa ditolaknya. Yaitu tahu gejrot. “Setiap hari ayo aja,” seru Mulan.

Sampai pernah, Mulan menginginkan tahu gejrot seperti layaknya orang ngidam. Di suatu malam, dini hari, ia ingin sekali makan tahu gejrot. Hanya itu, yang lain tidak mau. Akhirnya si tahu gejrot itu dicari dengan menjelajahi kota Jakarta. Keberadaan makanan asal Cirebon itu ditemukan di kawasan Monas. Dahaga Mulan pun terlunasi “Meskipun rasanya masih kurang dibandingkan tahu gejrot langgananku. Enggak apa-apalah mumpung mau makan," ujar Mulan.

Untuk kesehatan tubuhnya Mulan telah melakukan terapi air putih. Jika dahulu dalam sehari ia paling banter meminum lima gelas air putih, kini minimal dua liter. Kulit pun dirasakan tidak kering. “Aku langsung minum air putih sejak bangun tidur dan perut lagi kosong. Dua gelas. Pertama-tama sih, aku mual dan mau muntah, tapi sekarang sudah terbiasa,” ungkapnya lagi.

Selain air putih, untuk kesehatannya, Mulan rajin makan buah-buahan. Menurutnya, buah-buahan selain menyehatkan tidak membuatnya gemuk. Seperti saat pemotretan di NOVA, Mulan minta dibelikan buah rambutan ke asistennya untuk dijadikan cemilan.

Dan alhamdulillah, kata Mulan, meski terhitung sibuk dan sulit makan, cara makan seperti itu membuat ia jarang sakit.

Gaun Rancangan Sendiri
Tiba di Studio NOVA di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Selasa (8/1), Mulan disodori tiga buah busana. Tapi Mulan hanya memilih satu berwarna merah. Pasalnya, dua busana lain terlalu besar untuk ukuran tubuh Mulan. Asisten Mulan, Mira, pun kembali lagi ke Pondok Indah, Jakarta Selatan, untuk mengambil busana dari koleksi pribadi Mulan. Sambil menunggu Mira tiba, Mulan menghangatkan tubuh dengan jaket dan menyantap tekwan.

Ternyata Mira datang dengan gaun merah hasil rancangan Mulan sendiri. Mulan bergegas melepaskan jaket, berganti busana dan kembali berhadapan dengan dingin, karena kipas angin menyala untuk memberi efek terbang pada rambut Mulan. Beruntung, lampu ribuan watt juga menyala dan turut menghangatkan Mulan. Pemotretan berlangsung sekitar sejam.

Usai dari NOVA, Mulan punya rencana ke dokter kulit, karena wajahnya sedang berjerawat. “Kata dokter, sih, karena asma kulit. Tapi aku juga enggak tahu, asma kulit itu seperti apa,” komentar Mulan sambil pamit. (Artikel ini diambil darihttp://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=15750)

16 Agustus 2010
Kekasih Orang Pergerakan

BATU-BATU kali di atas nisan itu telah berlumut, di bawah payungan pohon-pohon menjulang. Ini sebuah kompleks makam keluarga di belakang Masjid Jamik di Kampung Bojong, Malangbong, di Garut, sebuah kota pedalaman di Jawa Barat. Suasana hening dan adem ketika Tempo berziarah ke sana pada Juli lalu. Di sinilah Dewi Siti Kalsum, istri Kartosoewirjo, yang akrab dipanggil Wiwiek, beristirahat untuk selamanya.

Lahir pada 1913, Dewi wafat 12 tahun lalu dalam usia 85 tahun. Bersebelahan dengan makam Dewi adalah kuburan Raden Rubu Asiyah, ibundanya, perempuan menak asal Keraton Sumedang, Jawa Barat. Di pemakaman ini Kartosoewirjo ingin dikuburkan. "Bapak ingin jenazahnya dekat dengan keluarga Malangbong," kata Sardjono, anak bungsu Kartosoewirjo, kepada Tempo.

Tapi pemerintah Soekarno punya kemauan lain. Sampai sekarang tak jelas keberadaan jasad Kartosoewirjo setelah dia dieksekusi mati pada September 1962 di sebuah tempat di Teluk Jakarta. Kartosoewirjo agaknya ingin menunjukkan cintanya kepada Dewi hingga akhir hayat: meminta dirinya dikuburkan di Malangbong-kendati tak kesampaian.

Pada masa gadisnya, Dewi adalah kembang Malangbong. Dia putri Ajengan Ardiwisastra, kiai sekaligus ningrat kaya di Malangbong ketika itu. Dewi sangat dekat dan terkesan dengan sikap hidup ayahnya. Pada usia delapan tahun, ibunya mengajak dia berjalan belasan kilometer ke Tarogong, Garut, untuk menengok ayahnya yang ditahan Belanda. Pengalaman ini amat membekas di hati dia.

Ardiwisastra ditahan Belanda karena bersama sejumlah ajengan memelopori pembangkangan terhadap perintah Belanda, yang mewajibkan penjualan padi hanya kepada pemerintah Hindia Belanda. Pada 1916, Belanda menembak mati Haji Sanusi, tokoh berpengaruh di Cimareme, Garut. Terjadi pula penangkapan secara besar-besaran terhadap para ajengan, termasuk Ardiwisastra dan santri-santrinya.

Dewi lulusan Hollandsch Inlandsche School (HIS) met de Quran Muhammadiyah Garut. HIS adalah sekolah yang pertama berdiri pada 1914, seiring dengan berlakunya politik etis atau balas budi penjajah Belanda kepada tanah jajahannya. Pendidikan setingkat sekolah dasar ini menggunakan pengantar bahasa Belanda. Ini berbeda dengan Inlandsche School yang menggunakan bahasa daerah. Umumnya yang bersekolah di HIS anak bangsawan, tokoh terkemuka, atau pegawai negeri.

Ketika Dewi sedang mekar mewangi pada 1928, muncullah seorang pemuda di rumahnya. Ia pintar bicara dan penuh daya tarik bagi Dewi, yang juga mulai aktif di dunia pergerakan. Pemuda itu Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ia mampir ke rumah Ardiwisastra untuk mengumpulkan sumbangan warga Sarekat Islam guna mengongkosi Haji Agoes Salim ke Belanda. Agoes Salim ke Negeri Kincir Angin untuk berdiplomasi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ardiwisastra tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia di Garut.

Sekarmadji saat itu sudah terkenal di kalangan Partai Sarekat Islam Indonesia. Dialah sekretaris pribadi singa podium Haji Oemar Said Tjokroaminoto-yang ikut melambungkan nama Kartosoewirjo ke kancah gerakan perlawanan terhadap Belanda. Pada Desember 1927 Karto terpilih sebagai Sekretaris Umum Partai Sarekat Islam Indonesia. Sejak itu, ia banyak melakukan perjalanan ke cabang-cabang Sarekat Islam.

Turne itu pula yang akhirnya membawa dia ke Malangbong menemui Ajengan Ardiwisastra. Setahun setelah pertemuan itu, pada April 1929, Sekarmadji menikahi Dewi di Malangbong. Tentang pernikahan ini, seorang ulama seusia Ardiwisastra mengatakan Sekarmadji diambil menantu semata-mata karena motif kepartaian. "Apakah calon menantunya tampan atau buruk muka tidak penting," kata ulama tadi kepada Pinardi, penulis buku Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo terbitan 1964.

Bagi Sekarmadji, Dewi punya semacam pertalian darah dengan dia, sama-sama keturunan Arya Penangsang. Dalam sejarah Kerajaan Demak abad ke-15, Arya Penangsang adalah penguasa kawasan Jipang yang terbunuh dalam perebutan kekuasaan setelah pamor Demak merosot.

Kepada Ateng Jaelani, tokoh Darul Islam yang lain, Sekarmadji pernah bakal menjadi menantu Haji Agoes Salim. Tapi, karena Agoes Salim kalah berdebat dengan Sekarmadji, akhirnya batal. Penyebab lain, Sarekat Islam pecah. Kartosoewirjo tak sehaluan dengan Agoes Salim yang mau berunding dengan Belanda untuk bicara kemerdekaan. Dan Kartosoewirjo memilih jalan politik nonkooperatif terhadap Belanda.

Ardiwisastra memandang Sekarmadji pemuda ideal. Apalagi dia punya haluan politik serupa. Pada Adiwisastra, Sekarmadji memperdalam keislaman dan kepartaiannya.

Dalam sebagian babak pernikahan mereka, Dewi turut bergerilya. Tapi dia tak mampu menjelaskan alasannya bersusah payah selama 13 tahun keluar-masuk hutan bersama suaminya. "Karena apa ya, saya sendiri tidak tahu," kata Dewi kepada Tempo edisi 5 Maret 1983. Kalau disebut karena cinta, "Bapak itu sebetulnya orangnya (mukanya) kan jelek," kata Dewi.

Yang pasti, pada hari tuanya-tanpa Kartosoewirjo-Dewi hidup tenang dan cenderung dingin. Riwayat hidup yang lebih banyak dilumuri cerita duka bergerilya dengan Kartosoewirjo pernah ia ceritakan kepada Tempo 27 tahun lalu itu tanpa emosi.

Sebagai istri orang pergerakan, Dewi selalu berpindah-pindah ikut suami. Ia mondar-mandir Jakarta-Bandung-Garut-Yogyakarta, menumpang di rumah kenalan atau rumah kontrakan. Belum lagi jika Kartosoewirjo berurusan dengan rumah tahanan. Biasanya, kalau suaminya ditahan, Dewi pulang ke Malangbong. "Saya juga pulang kampung kalau mau melahirkan," kata Dewi.

Dewi melahirkan 12 anak. Lima di antaranya meninggal. Tiga anak terakhir: Ika Kartika, Komalasari, dan Sardjono, lahir di tengah hutan. Anak-anak yang lain lahir di rumah. Mereka: si sulung Tati yang meninggal ketika masih bayi, Tjukup yang tertembak dan meninggal pada 1951 di hutan pada usia 16 tahun, Dodo Muhammad Darda, Rochmat (meninggal pada usia 10 tahun karena sakit), Sholeh yang meninggal ketika bayi, Tahmid, Abdullah (meninggal saat bayi), Tjutju yang lumpuh, dan Danti.

Sebagai perempuan, Dewi mula-mula takut juga hidup di hutan. Apalagi saat itu Dewi menggendong Danti yang baru berusia 40 hari. Dewi sempat berpikir tentang masa depan anak-anaknya dan sering tercenung sedih. Tapi Kartosoewirjo yang ia kagumi selalu menghibur. "Kok, sedih amat sih!" Itu kalimat yang kerap Kartosoewirjo ucapkan jika Dewi sedang bermuram durja. Biasanya, jika suaminya bilang seperti itu, Dewi langsung merasa tenteram.

Sebelum menjalani eksekusi mati, Kartosoewirjo sempat berwasiat di hadapan istri dan anak-anaknya di sebuah rumah tahanan militer di Jakarta. Menurut Dewi, saat itu Kartosoewirjo antara lain berkata tidak akan ada lagi perjuangan seperti ini sampai seribu tahun mendatang. Dewi menitikkan air mata. Karto, yang mencoba tabah, akhirnya meleleh. Perlahan-lahan, dia mengusap kedua matanya.
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/08/16/LU/mbm.20100816.LU134359.id.html

3 komentar:

Unknown mengatakan...

hebat perjuangan untuk berpegang pada prinsip, semoga amal ibadahnya diterima disisi ALLAH SWT

Unknown mengatakan...

perjuangan akidah islam ..begitu beratnya masya Allah..Allumaghfirlahu warkhamhu..wakfu anhu..gk kayak dur selalu nyakitkan iman dan islamnya orang indonesia nau udzubillah..

HANBLO mengatakan...

Subhanallah berqurban demi aqidah yang lurus,hanya sejarahlah yg menentukan orang itu benar atau salah

Posting Komentar